tag:blogger.com,1999:blog-89395190279898656772024-03-14T10:57:16.714-07:00KIMIA-CAMPURtomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.comBlogger21125tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-70448907370663153922010-08-26T01:06:00.000-07:002010-08-26T01:06:32.549-07:00KIMIA-CAMPUR: Logam Cadmium<a href="http://kimia-campur.blogspot.com/2010/08/logam-cadmium.html">KIMIA-CAMPUR: Logam Cadmium</a>tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-16057235413875206672010-08-26T00:55:00.001-07:002010-08-26T01:05:31.276-07:00Logam CadmiumKadmium (Latin: cadmina, Yunani: kadmeia, nama kuno untuk calamine, seng karbonat). Ditemukan oleh Stromeyer di tahun 1817 dari impurity (pengotor) dalam seng karbonat. Kadmium ditemukan di Jerman 1817 oleh Friedrich Strohmeyer. dari impurity (pengotor) dalam seng karbonat. Kadmium adalah logam yang berwarna putih keperakan, lunak dan tahan korosi. Oleh karena sifat-sifatnya, Cd banyak dipakai sebagai stabilizer dalam pembuatan (polyvinil & klorida). <br />
<br />
Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di alam, hanya ada satu jenis mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini sangat jarang ditemukan di alam, sehingga dalam eksploitasi logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan bijih-bijih seng (Zn). Biasanya pada konsentrat bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam Cd. <br />
<br />
Karena titik didihnya rendah, Cd dapat dipisahkan dari seng melalui penyulingan bertahap. Zn dan Pb diperoleh kembali secara serentak dengan cara tungku pemanas letupan. Cd suatu hasil sampingan yang tidak banyak ragamnya dan biasanya dipisahkan dari Zn dengan destilasi atau dengan pengendapan dari larutan sulfat dengan debu Zn.<br />
<br />
Unsur Kadmium mempunyai kelimpahan yang relative rendah secara alamiah (dengan orde 10-6 dari kerak bumi) Kadmium jarang ditemui, namun sebagai akibat dari kemiripan dengan seng (Zn), Kadmium terdapat oleh pertukaran-pertukaran isomorf dalam hampir semua bijih seng, Kadmium juga mudah diperoleh dari bijihnya.<br />
Cd didapat pada limbah berbagai jenis pertambangan logam yang tercampur Cd seperti Pb, dan Zn. Dengan demikian, Cd dapat ditemukan di dalam perairan baik di dalam sedimen maupun di dalam penyediaan air minum. Pagoray. H, dalam Surtipanti (2002), menyatakan bahwa Merkuri (Hg) memiliki sifat yang sama dengan Kadmium (Cd) yaitu selain bersifat esensial juga toksik terhadap organisme yang hidup di air oleh karena sifat tersebut, dalam berbagai penelitian logam berat, kedua jenis logam tersebut selalu mendapat prioritas untuk dianalisis dan dievaluasi. Kadmium adalah logam toksik yang umumnya ditemukan dalam pekerjaan-pekerjaan industri, logam Kadmium digunakan secara intensif dalam proses elektroplating. kadmium juga ditemukan dalam industri cat (Chemisrty.org,2010).tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-49663211260527233142010-06-29T20:44:00.000-07:002010-06-29T20:44:39.617-07:00STUDI AFM UNTUK AWAL KOROSI PADA BAJA DENGAN KETAHANAN TINGGI DALAM LARUTAN NATRIUM KLORIDA YANG DIENCERKANABSTRAK<br />
Baja dengan ketahanan tinggi digunakan sebagai pendukung pada bangunan yang terbuat dari beton yang disusun dengan kawat baja dari komposisi eutektoid dengan sebuah mikrostruktur pearlitik. Penelitian ini difokuskan pada studi tentang mikroskop kekuatan atom, dari korosi tahap awal yang terjadi pada beberapa baja sebagai konsekuensi dari posisi mereka didalam larutan natrium klorida. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa mikrostruktur pearlitik dari baja mengalami pencegahan serangan dari fase ferrite dan kerja cementite sebagai katoda. Kecepatan korosi ditentukan dari perhitungan jumlah material yang hilang dari analisis awal. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang baik sesuai prediksi dari teori Galvelel.<br />
1. PENDAHULUAN<br />
Mikroskop kekuatan atom adalah suatu teknik dengan ketelitian yang tinggi berdasarkan kelengkapan topografik dan informasi komposisi permukaan dari material-material dengan variasi yang luas, mulai dari sel hidup sampai keramik atau baja dengan ketahanan tinggi seperti pada salah satu studi ini. Walaupun Mikroskop kekuatan atom (AFM) tidak umum digunakan pada studi korosi, penulis telah beberapa kali menggunakannya, contohnya, studi in situ dari korosi beberapa material pada media penting, yang digunakan untuk menaksir kesesuaian dari berbagai macam inhibitor korosi.<br />
Baja dengan ketahanan tinggi digunakan sebagai pendukung pada bangunan yang terbuat dari beton yang disusun dengan kawat baja dari komposisi eutektoid dengan sebuah mikrostruktur pearlitik yang memuat matriks ferritik dan lapisan cemmentite. Dibawah kondisi normal, sifat alkalinitas yang tinggi dari beton yang tidak aktif, mencegahnya dari degradasi. Bagaimanapun, pada saat bangunan ditempatkan pada lingkungan maritim atau mengalami kontak dengan garam, ion klorida mampu masuk dan meresap kedalam pori-pori beton dan mencapai baja, akhirnya terjadi korosi. Wajar dilakukan konservasi untuk baja ini, untuk menjamin keamanan pada bangunan yang terbuat dari beton, sehingga memotivasi untuk memperbanyak studi pada subyek; terutama untuk pemahaman tentang korosi mekanik pada suatu kondisi. Penelitian ini menghasilkan suatu studi in situ pada tahap pertama korosi pada baja, sebagai konsekuensi dari serangan ion klorida.<br />
2. MATERIAL<br />
Material yang dipelajari adalah suatu baja eutektoid dengan komposisi bahan kimia stabil, lihat tabel 1, yang disebut besi pearlitik induk. Saat mendinginkan tipe baja ini dengan temperatur dibawah 723oC, terjadi transformasi austenite, oleh nukleasi dan proses pertumbuhan, dalam komponen baru yang disebut pearlite, yang terkandung didalamnya lapisan yang berturut-turut fase cementite (Fe3C) dan ferrite. Komposisi pearlite selalu konstan dan stabil (99,2% Fe dan 0,8% C) sehingga relatif seimbang pada dua fase (12,5% cementite dan 87,5% ferrite). Bagaimanapun, pemisahan diantara lapisan yang menyusun ferrite bergantung pada pendinginan dan juga bentuk dari material yang didapat.<br />
Ferrite berwarna putih, halus dan ringan, serta bersifat magnetic dan tersusun dari besi alfa yang hampir murni dengan sebuah struktur badan yang terpusat kubik. Jauh berbeda, cementite bersifat keras dan mengandung karbida besi yang rapuh (6,67% C dan 93,33% Fe) yang terkristalisasi secara sistem ortorombik. Untuk melengkapi baja dengan kemampuan merenggang dengan tujuan menekan pengurangan residu selama proses berlangsung, ukuran dari pearlite harus terjaga pada nilai tertentu. Untuk melakukan hal tersebut baja pearlitik induk dijadikan subyek untuk mendapatkan pengolahan terbaik pada pemanasan 900-1000OC yang kemudian diikuti dengan pendinginan ganda. Selama tahap awal, turun sampai 450-550oC, proses pendinginan selalu dikontrol dan ditempatkan di plumb bath. Kebalikannya, pertama-tama, turun sampai suhu ruang, dan tidak dikontrol. Pada suhu ruang, semua yang terdapat pada plumb bath yang ditahan pada permukaan material dipindahkan dengan serangan dari suatu campuran klorida dan asam sulfat, dan akhirnya baja pearlitik induk dikuatkan untuk membebaskan penyerapan atom hidrogen dari asam dengan immersi pada air panas. <br />
<br />
<br />
3. METODOLOGI PERCOBAAN<br />
Persiapan sampel dilakukan dengan memotongnya, agar diperoleh ukuran yang sesuai dengan syarat AFM, dan kemudian menggosoknya dengan bubuk keras partikel alumina.<br />
AFM digunakan dalam studi ini pada ukuran 3100 dengan pengontrolan nanoskop III (instrumen digital) disesuaikan dengan persen Silika Nitrit DNP-S dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk pengerjaan dalam larutan. Larutan agresif, NaCl 0,05 M diteteskan secepatnya (hanya beberapa tetes) diatas sampel untuk penyerangan, dan kemudian persennya diimersikan kedalam larutan untuk selanjutnya dilakukan scan pada bagian bawah permukaan mode kontak. Sehingga tidak dibutuhkan penggunaan tipe apapun dari wadah untuk larutan karena sampel relatif cukup besar dan untuk kemampuan kapilaritas menunjukkan antara kendali persen dan sampel ini dibatasi dengan sempurna. Evaporasi terkadang tidak diperlukan untuk jangka pendek dari percobaan dan pada suhu ruang 23 2oC.<br />
Untuk menuju studi evolusi proses korosi pada sebuah area sampel dilanjutkan scan pada suatu periode lebih dari 2 jam. Ukuran ini dipilih karena diperbolehkan untuk mengikuti evolusi dari kedua individual butiran pearlite dan yang paling penting seperti penggosok goresan. Hanya pada akhir percobaan, area ini diperbanyak untuk meregenerasi sehingga diperoleh hasil.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
4. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
4.1 Analisis Kualitatif<br />
Selama lebih dari 2 jam sejak studi terakhir, nilai penting dari AFM telah didaftarkan, ditampilkan pada gambar 1. Empat tampilan tiga dimnesi dari permukaan sampel ditunjukkan pada bentuk tersebut yang sebagian besar menunjukkan informasi kualitatif yang baik mengenai terjadinya perubahan permukaan.<br />
<br />
Pertama-tama, gambar 1a, sesuai dengan scan pertama (t=10 h=10 menit), tepat setelah sampel dikontakkan dengan larutan agresif. Pada titik ini, penggosok goresan dan butiran material tetap terlihat jelas dan diasumsikan bahwa permukaan sampel belum diubah oleh larutan. Setelah beberapa jam, perkembangan epitaksial dari oksida memberikan ruang untuk lebih banyak penyebab permukaan kasar dan penggosok goresan telah sulit ditemukan, lihat gambar 1b. Perkembangan oksida berlanjut terus-menerus, lihat gambar 2; bagaimanapun fenomena baru mulai ditunjukkan pada gambar 1c. Oksida mulai menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan pembentukan gunung dan bukit yang berkelanjutan, dan akhirnya setelah 2 jam 15 menit, terbentuk dengan jelas struktur lamellar dari pearlite, lihat gambar 1d, untuk mencegah penyerangan dari fase ferrite dengan menjadikan cemmentite sebagai katoda.<br />
<br />
Di akhir studi, setelah lebih dari 2 jam dilakukan percobaan, ukuran dari scan bertambah hingga mencapai 50 m, lihat gambar 3, untuk memeriksa keumuman hasil yang diperoleh. Perbandingan antara gambar 3 dengan bagian metalografik tradisional, menunjukkan bahwa keduanya menghasilkan informasi yang sama walaupun tampilan AFM menunjukkan kerja ini, AFM adalah pengetahuan besar yang mengikuti proses degradasi pada waktu yang nyata sebagai kelangsungan degradasi.<br />
<br />
<br />
4.2 Jumlah Korosi Berdasarkan Evolusi Kekasaran<br />
Ukuran dari area yang di scan dijaga agar tetap konstan selama percobaan, hal tersebut memungkinkan untuk menunjukkan luasnya degradasi pada saat terjadinya permukaan kasar, lihat gambar 5. Diperkirakan bahwa cemmentite tidak didegradasi, pertambahan kekasaran dapat dilengkapi dengan ferrite dan sejumlah besar material yang hilang dapat dihitung dengan mudah. Dua tahap penting dari proses korosi sebelumnya ditunjukkan dengan jelas pada gambar 5. <br />
<br />
<br />
Ketepatan data disesuaikan dengan tahap kedua (t>35 menit) dengan polinomial pangkat kedua yang dilengkapi dengan kekasaran rata-rata sebagai fungsi waktu, lihat gambar 5. Laju korosi dapat dirumuskan sebagai berikut: <br />
Dimana CR adalah laju korosi, variasi kekasaran rata-rata dalam waktu, dengan satuan nm/jam dan x adalah waktu dalam jam. Tapi laju korosi tidak dapat dinyatakan dalam cara lain, semuanya berhubungan dengan hukum Faraday, reduksi ketebalan berdasarkan waktu, material yang hilang dari unit permukaan dalam waktu lama atau intensitas korosi dari unit permukaan.<br />
<br />
<br />
<br />
5. KESIMPULAN<br />
Scanning berkelanjutan dengan mikroskop kekuatan atom dari suatu baja dengan ketahanan tinggi ditunjukkan melalui aksi dari suatu larutan garam yang memungkinkan untuk mengikuti tahap yang sangat awal dari proses korosi. Analisis selanjutnya dari perubahan distribusi permukaan yang sangat kasar dilengkapi dengan informasi mengenai waktu perubahan yang dialami oleh permukaan tersebut selama waktu studi terakhir.<br />
Dengan penambahan, mikroskop kekuatan atom mengizinkan kami untuk mengidentifikasi dua tahap pada permulaan proses korosi: pertama-tama, ditandai dengan formasi dari suatu lapisan tipis kasil korosi, dan kedua, ditempatkan pada serangan selektif dari fase ferritik, dan menjadikan cemmentite sebagai katoda.<br />
Perbandingan antara tampilan hasil AFM dengan gambar dari mikroskop metallografik berdasarkan literatur membuktikan bahwa terungkap informasi yang sama, struktur pearlitik dari baja. Bagaimanapun, mikroskop kekuatan atom adalah pengetahuan besar yang mengikuti proses degradasi pada waktu yang nyata sebagai kelangsungan degradasi.<br />
Diperoleh ungkapan untuk nilai korosi sebagai fungsi dari penyingkapan waktu untuk larutan NaCl sebagai pendukung teori contoh persen pertumbuhan Galvelel dengan suatu reduksi dari nilai korosi sebagai penambah kedalaman lubang.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
[1] T.L. Altshuler, Examination of plain carbon steels using an atomic force<br />
microscope, in: S.C. Cohen, M.T. Bray, M.L. Lightbody (Eds.), Atomic Force<br />
Microscopy/Scanning Tunneling Microscopy, Plenum, New York, 1994, pp.<br />
167–180.<br />
<br />
[2] R. Wiesendanger, Scanning Probe Microscopy and Spectroscopy, Cambridge<br />
University Press, 1994.<br />
<br />
<br />
[3] B. Bhushan, Nanotribology and Nanomechanics. An Introduction, Springer,<br />
2005.<br />
<br />
[4] J. Li, D. Lampner, In-situ AFM study of pitting corrosion of Cu thin films,<br />
Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects 154 (1–2)<br />
(1999) 227–237.<br />
<br />
[5] R. Wang, An AFM and XPS study of corrosion caused by micro-liquid of dilute sulfuric acid on stainless steel, Applied Surface Science 227 (1–4) (2004) 399–409.<br />
<br />
[6] L. Xu, K. Chan, H.H.P. Fang, Application of atomic force microscopy in the study of microbiologically influenced corrosion, Materials Characterization 48 (2–3) (2002) 195–203.<br />
<br />
[7] G. Mu, X. Li, Inhibition of cold rolled steel corrosion by tween-20 in sulfuric<br />
acid: weight loss, electrochemical and AFM approaches, Journal of Colloid and<br />
Interface Science 289 (1) (2005) 184–192.<br />
<br />
[8] O. Olivares-Xometl, N.V. Likhanova, M.A. Dominguez-Aguilar, J.M. Hallen, L.S. Zamudio, E. Arce, Surface analysis of inhibitor films formed by imidazolines<br />
and amides on mild steel in an acidic environment, Applied Surface Science<br />
252 (6) (2006) 2139–2152.<br />
<br />
[9] U. Nürnberger, in: Third Symposium of Stress Corrosion Prestressing Steel,<br />
Madrid, 1981.<br />
<br />
[10] M. Elices, J. Climent, in: Second International Symposium of Stress Corrosion Prestressing Steel, FIP, 1974.<br />
<br />
[11] W. Cherry, S.M. Price, Pitting, crevice and stress corrosion cracking studies of cold drawn eutectoid steels, Corrosion Science 20 (1980) 1163.<br />
<br />
[12] K.F. McGuinn, M. Elices, Stress corrosion resistance of transverse precracked prestressing tendon in tension, British Corrosion Journal 20 (3) (1985) 187.<br />
[13] J. Sanchez, J. Fullea, C. Andrade, C. Alonso, Stress corrosion cracking<br />
mechanism of prestressing steels in bicarbonate solutions, Corrosion Science<br />
49 (2007) 4069–4080.<br />
<br />
[14] I. Horcas, R. Fernández, J.M. Gómez-Rodríguez, J. Colchero, J. Gómez-Herrero, A.M. Baro, WSxM: a software for scanning probe microscopy and a tool for nanotechnology, Review of Scientific Instruments 78 (2007) 013705.<br />
<br />
[15] J. Toribio, Relationship between microstructure and strength in eutectoid<br />
steels, Materials Science and Engineering A 387–389 (2004) 227–230.<br />
<br />
[16] C. Andrade, C. Alonso, Corrosion rate monitoring in the laboratory and on-site, Construction and Building Materials 10 (5) (1996) 315–328.<br />
<br />
[17] J.R. Galvele, Transport processes in passivity breakdown-II. Full hydrolysis of the metal ions, Corrosion Science 21 (8) (1981) 551–579.tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-18932462023672231592010-06-29T01:59:00.000-07:002010-06-29T02:00:17.723-07:00Suatu Pemahaman Baru dari Ketahanan Korosi Retak Tegang Intragranular dari Baja Pipa Saluran Melalui Studi Karakter Batas Bulir dan Tekstur KristalografiM.A. Arafin, J.A. Szpunar<br />
<br />
<br />
Korosi retak tegang intragranular (IGSCC) telah lama menjadi suatu permasalahan yang serius berhubungan dengan pipa saluran industri. Diduga, peristiwa korosi jenis ini berkaitan dengan karakteristik struktur dari bahan pipa. Namun, sampai sekarang pengaruh dari karakteristik struktur yang mempengaruhi proses peretakan masih belum dimengerti secara jelas. Paper ini melaporkan beberapa temuan kunci pada karakter batas bulir dan tekstur kristalografi yang berkaitan dengan ketahanan terhadap IGSCC dari pipa baja API X65.<br />
<br />
Mekanisme dari pembentukkan IGSCC pada pipa baja dapat diringkas sebagai berikut: saluran pipa di dalam tanah menggunakan perlindungan katodik untuk mencegah kehilangan logam-logam, tapi sayangnya arus katodik memecah air tanah menjadi ion-ion hidroksil dan dengan demikian menaikkan pH. pH larutan yang tinggi ini bereaksi dengan CO2 dan membentuk larutan kompleks karbonat-bikarbonat. Ketika konsentrasi karbonat larutan cukup tinggi untuk mempasifkan permukaan pipa, terjadilah retakan intergranular melalui mekanisme pelarutan anodik.<br />
<br />
Tanpa melihat mekanisme, telah jelas bahwa kerentanan pipa saluran terhadap IGSCC adalah suatu ketergantungan bahan dan lingkungan. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengidentifikasikan struktur-struktur batas bulir yang memfasilitasi atau memberikan ketahanan terhadap peretakan. Namun sayangnya informasi fundamental yang bisa digunakan untuk menghasilkan pipa-pipa saluran baja dengan ketahanan superior terhadap IGSCC masih belum terselidiki.<br />
<br />
Telah diterima dengan baik bahwa batas-batas bulir bersudut besar yang acak (HAB) memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sudut yang lebih kecil (LAB) dan batas-batas situs kisi khusus yang bertepatan (CSL), dan menyediakan jalur yang relatif mudah untuk terjadinya perambatan retakan. Berdasarkan studi yang telah dilakukan pada IGSCC dari nikel kemurnian tinggi, nikel austenitik, dan paduan stainless berbasis besi dan interlogam Ni3Al didapatkan bahwa batas-batas Σ1 (LAB) dan Σ3 mempunyai kekebalan terhadap IGSCC. Namun kita harus mengingat kembali bahwa kekebalan dari batas-batas bulir terhadap peretakan sangatlah dipengaruhi oleh pemisahan elemen-elemen pengotor maupun oleh kerasnya lingkungan yang diterima.<br />
<br />
Pipa-pipa saluran baja API X65 biasanya digunakan dalam pipa saluran industri, merupakan feritik (mengandung unsur besi). Penelitian yang telah dilakukan oleh Venegas et al., didapatkan bahwa kebanyakan batas-batas Σ CSL rendah hingga Σ 33 tahan terhadap peretakan terinduksi hidrogen (HIC), walaupun yang terutama berperan adalah batas-batas Σ 13b, Σ 11 dan Σ 29a.<br />
<br />
Telah diketahui bahwa tekstur memainkan peran kunci dalam jenis-jenis peretakan yang berbeda seperti peretakan lemah, peretakan terinduksi hidrogen (HIC), peretakan deformasi dan lain-lain. Oleh karena itu, akan menjadi menarik untuk mengetahui apakah tekstur kristalografi memiliki pengaruh pada IGSCC yang terjadi pada saluran pipa baja. Dari penelitian terdahulu (Alexandreanu dan Was) telah mempelajari pengaruh orientasi bulir pada IGSCC, tapi kesimpulan dari tekstur pada studi tersebut hanya terbatas pada perkiraan apakah peretakan bulir-bulir termasuk pada bulir-bulir yang memiliki orientasi yang serupa atau tidak, selain itu mereka juga mempelajari itu pada paduan austenitik berbasis nikel (Ni-16Cr-9Fe) yang tidak digunakan dalam pipa saluran industri. Mereka menyimpulkan bahwa batas-batas yang berkaitan dengan bulir-bulir yang memiliki orientasi yang tak sama rentan terhadap peretakan sedangkan yang serupa orientasinya lebih tahan terhadap peretakan. Pendekatan ini sangat terbatas pada nilai praktis karena ini tidak memasukkan aspek energi dari batas-batas yang mana merupakan penggerak utama untuk perambatan peretakan, tidak juga mengidentifikasikan batas-batas yang tahan peretakan yang dapat dihasilkan oleh tekstur-tekstur bulir tertentu.<br />
<br />
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh King et al., telah ditunjukkan bahwa pada baja tahan karat austenitik disamping LAB dan batas-batas CSL dengan Σ rendah, batas-batas bulir yang berdekatan dengan indeks bidang {h k l} rendah bisa tahan terhadap IGSCC, seperti yang awalnya disarankan oleh Rohrer et al., bahwa beberapa batas mungkin memiliki sifat-sifat khusus. Dari penelitian ini, peneliti lain menyatakan memungkinkan bahwa batas-batas yang berhubungan dengan bulir-bulir dengan orientasi tertentu itu tahan terhadap IGSCC.<br />
<br />
Patut untuk disebutkan di sini, karena IGSCC mengikuti jalur batas bulir, maka diperlukan kecenderungan untuk memusatkan pada karakter batas bulir, berdasarkan sudut misorientasi antara bulir-bulir tetangga (LAB dan HAB) dan definisi dari batas-batas CSL. Namun tekstur kristalografi bisa mengendalikan misorientasi bulir, dan oleh karena itu secara tak langsung mengendalikan struktur dan energi dari batas bulir. Untuk energi batas bulir, tidaklah semata-mata bergantung pada misorientasi antar bulir tapi juga dikendalikan oleh sumbu misorientasi dan tekstur. Dengan kata lain, untuk sudut misorientasi yang sama tapi berbeda sumbu rotasi energinya bisa sangat berbeda. Sehingga masih ada harapan bahwa tekstur lokal (orientasi bulir) di sekitar retakan mungkin dapat mempengaruhi perambatan atau penghentian retakan. Maka pada penelitian ini, bertujuan untuk menguji dan mengidentifikasikan peranan dari karakter batas bulir dan tekstur dalam perambatan atau penghentian retakan IGSCC pada pipa saluran baja API X65. Diharapkan, dari pemahaman yang lebih baik dari proses-proses tersebut dapat menjadi kunci dalam meningkatkan dan mengoptimalkan struktur dari pipa saluran baja.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Eksperimen<br />
<br />
Bahan<br />
Sampel API X65 diambil dari pipa saluran yang digunakan untuk mengangkut gas alam dari Alberta menuju Kanada Timur dan USA, yang mengandung beberapa retakan IGSCC. Ketabalan dinding dari pipa diperkirakan 1 cm dengan komposisi seperti dalam tabel berikut.<br />
C Mn Si S P Ni Cr Mo Cu V Nb Ti Al Fe<br />
0.07 1.36 0.19 0.002 0.013 0.01 0.2 <0.01 <0.01 <0.01 0.04 <0.01 0.011 sisa
Studi mikrostruktur, tekstur mikro- dan meso-
Sampel dipotong sepanjang bagian TD-ND seperti ditunjukkan Gambar 1. berikut.
Gambar 1.Preparasi sampel untuk studi tekstur makro- dan mikro- (RP; Rolling Plane, RD; Rolling Direction, ND; Normal Direction, dan TD; Transverse Direction)
Untuk digunakan dalam mikroskop optik, sampel digerus dengan kertas SiC sampai 1200 butir, kemudian disemir dengan pasta permata 3 dan 1 μm. Sampel dietsa dengan larutan nital 2 % kira-kira selama 40 detik dan diuji dengan Clemex Imaging System.
Uji tekstur mikro- dan meso- dilakukan menggunakan Philips XL30 S FEG SEM dilengkapi dengan detektor EBSD dan TSL OIM Analysis Software. Sampel dipreparasi dengan cara penggerusan sampai 1200 butir, kemudian disemir dengan pasta suspensi permata 3 dan 1 μm dan akhirnya disemir kembali dengan slurry koloid silika 0,05 μm selama 6 jam.
Studi tekstur makro
Pengukuran tekstur makro dilakukan pada lapisan-lapisan yang berbeda sepanjang daerah RD-TD untuk mempelajari ketidak-homogenan tekstur dan distribusi misorientasi batas bulir yang melalui ketebalan. Pengukuran dilakukan menggunakan difraktometer sinar-X Siemens D-500 yang dilengkapi dengan pengukur sudut tekstur. Menggunakan radiasi Mo, gambar kutub {1 1 0}, {2 0 0} dan {2 1 1} yang tak lengkap telah didapatkan dalam rentang kemiringan refleksi sampel 5o sampai 80o. Data eksperimen yang direkam dianalisis menggunakan TextTools Software.
Hasil dan diskusi
Macam-macam SCC dalam pipa saluran baja
Terdapat total 10 retakan dengan 6 di antaranya dengan panjang yang signifikan (>10% dari ketebalan pipa). Retakan-retakan besar tersebut sering bercabang-makro, dibelokkan, atau bercabang dan dibelokkan kemudian digabungkan dengan pembelokkan selanjutnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar.2.<br />
<br />
Gambar. 2. Contoh-contoh retakan SCC<br />
(a) bercabang, digabungkan dan kemudian dibelokkan (b) dibelokkan<br />
(ND adalah arah pipa normal dan TD adalah arah melintang pipa)<br />
<br />
Seperti yang telah didiskusikan di awal, karena retakan-retakan itu adalah macam-macam intergranular, maka diharapkan bahwa jalur perambatan retakan sangat bergantung pada karakteristik batas bulir yang berhubungan.<br />
<br />
Distribusi karakter batas bulir<br />
Empat daerah telah dipilih mulai dari tepi yang lebih luar sampai ke tengah dari ketabalan pipa. Didapatkan bahwa sejumlah batas bulir sudut besar terdapat lebih banyak pada tepi yang lebih luar kemudian berkurang secara bertahap seiring arah yang lebih dalam dari ketebalan pipa, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.3.<br />
<br />
<br />
Gambar.3. (a) diagram batang yang menunjukkan distribusi karakter batas bulir dari pipa dari tepi yang lebih luar ke arah ketebalan menengah (b) posisi dari ketebalan pipa yang diukur (1, 2, 3 dan 4 adalah 250 μm, 1,1 mm, 1,5 mm dan 2 mm dari permukaan pipa yang lebih luar).<br />
<br />
Seperti dapat dilihat dengan menurunnya jumlah HAB, sejumlah batas-batas CSL mengalami peningkatan secara bertahap dari permukaan yang lebih luar ke arah tengah-tengah ketebalan pipa. Batas-batas CSL yang teramati dalam daerah tepi retakan adalah terutama Σ 3, Σ 11 dan Σ 13b seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.4.<br />
<br />
<br />
Gambar.4. Contoh-contoh distribusi batas CSL dalam daerah tepi retakan<br />
<br />
Kecuali Σ 11 dan Σ 13b, tidak terdapat batas-batas Σ 3n pada titik spesifik perhentian retakan. Batas-batas Σ 3n dalam baja-baja karbon feritik rendah adalah tekstur utama yang terinduksi batas-batas bulir energi tinggi yang tak koheren karena benar-benar ganda/kelipatan ganda, secara umum tidak terjadi pada baja-baja tersebut, dan oleh karena itu tidak dapat dianggap sebagai batas-batas khusus yang tahan peretakan. Satu hal penting di sini adalah bahwa ada hubungan yang tak langsung dari energi batas bulir dengan nilai Σ dan oleh karena itu, ini tidak dapat dikatakan bahwa batas-batas CSL lain yang memiliki nilai Σ kurang dari 13b memiliki energi yang lebih rendah dan secara otomatis memenuhi persyaratan untuk dimasukkan ke dalam kategori khusus. Fraksi batas Σ 5, Σ 7 dan Σ 13a dalam sampel baja sangatlah kecil untuk secara positif disimpulkan memiliki kemampuan kerentanan terhadap peretakan. Namun demikian, disamping kekebalan dari batas-batas Σ 11 dan Σ 13b, batas-batas Σ 5 telah menampakkan ketahanan peretakan yang sama baik. Sayangnya, batas-batas Σ 7 dan Σ 13a tidak teramati pada persimpangan spesifik ganda tiga dimana retakan ditemukan mengalami perhentian, tidak juga hadir sepanjang jalur-jalur retakan, dan dengan demikian kekhususannya dalam menyediakan ketahanan terhadap IGSCC tidak bisa dipastikan.<br />
<br />
Perambatan, percabangan dan pembelokkan retakan – analisis lokal<br />
Bulir-bulir penting yang terdapat dalam peta EBSD IQ (Gambar.5a) adalah bulir-bulir yang mempunyai misorientasi antara bulir-bulir sebelahnya. Beberapa persimpangan ganda tiga, untuk visualisasi yang lebih baik, juga ditampilkan secara skematik dalam Gambar.5b.<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar.5. Analisis karakter batas bulir untuk perambatan, percabangan dan pembelokkan retakan: (a) Peta EBSD IQ, (b) Analisis lokal (diambil dari gambar (a): R → HAB dan L → LAB)<br />
<br />
Retakan telah bercabangn menjadi dua ketika telah mendekati bulir-bulir 7 dan 8. Didapatkan bahwa misorientasi antara bulir-bulir 7 dan 13, dan 7 dan 10 berturut-turut adalah 56,3o dan 41,2o, keduanya masuk ke dalam klasifikasi HAB (θ > 15o), keduanya juga bukan batas-batas khusus CSL. Oleh karena itu keduanya bisa diidentifikasikan sebagai batas-batas bulir energi tinggi yang menyediakan jalur perambatan retakan yang mudah, dan ini mungkin menjadi alasan kenapa retakan awal bercabang menjadi dua segmen. Retakan bercabang yang lebih rendah (lihat Gambar.5a) mengalami pembelokkan pada sudut hampir 45o, ditunjukkan dalam lingkaran, ketika ia telah mencapai bulir 30. Perhitungan misorientasi antara bulir-bulir 30 dan 31, dan 31 dan 32 telah mengungkapkan bahwa yang terakhir adalah batas dengan sudut rendah (θ = 12,3o) sedangkan misorientasi dari yang terdahulu adalah 36,1o yang mana adalah suatu HAB. Kemungkinan ini adalah alasan retakan mengambil jalur pembelokkan tajam walaupun batas antara bulir 31 dan 32 sangat mudah diorientasikan. Perubahan arah yang tajam kembali ditemui ketika retakan sampai pada persimpangan ganda tiga yang mengandung bulir-bulir 36, 37 dan 38. Diharapkan bahwa retakan akan melalui batas antara bulir 37 dan 38, tapi sebagai gantinya retakan memilih untuk patah hanya pada batas antara 36 dan 38 yang mana terorientasi yang tidak disukai dengan mengacu pada sumbu tegangan. Analisis CSL telah menampakkan bahwa batas Σ 11 secara jelas memiliki energi yang jauh lebih rendah daripada batas-batas acak bersudut besar, oleh karena itu tahan terhadap peretakan. Ketika retakan telah mencapai persimpangan ganda tiga yang dihubungkan dengan bulir-bulir 39, 40 dan 41, ia tampak melompati melewati batas-batas antara 39 dan 40 tanpa meretakkannya. Batas antara bulir-bulir 39 dan 40 adalah LAB (θ = 9o) tapi satu antara 40 dan 41 adalah HAB (θ = 43o) dan juga teroritentasi dengan baik. Berdasarkan pengertian konvensional dari karakteristik batas bulir ini tidak cukup jelas; namun, analisis tekstur telah menunjukkan bahwa bulir-bulir tersebut memiliki orientasi yang dekat terhadap bidang putar (RP) {1 1 0} dengan sumbu batas rotasi yang mungkin memainkan peran dalam menahan perambatan retakan sepanjang jalur. Retakan yang dibelokkan dilanjutkan dalam arah yang sama seperti batas-batas Σ 11 dan batas-batas khusus Σ 13b yang diorientasikan dengan baik, seperti yang diindikasikan dengan panah dalam Gambar.5a. Tidak ada retakan yang teramati antara bulir-bulir 100 dan 101 tapi ini kembali muncul dalam bulir selanjutnya. Batas antara bulir-bulir 100 dan 101 adalah batas Σ 5 dan ini mungkin yang menjadi alasan kenapa ini tidak mengalami pematahan, retakan kemungkinan mengambil jalur di bawah atau di atas dari permukaan yang diselidiki dimana energi batasnya lebih tinggi dan kembali ke permukaan pada bulir selanjutnya. Batas-batas CSL di luar Σ 13b khususnya tidak didapatkan sebagai tahan retakan, misalnya batas-batas Σ 17a dan Σ 29a teramati batas-batas retakan.<br />
<br />
Beberapa tempat retakan lain, termasuk retakan bercabang yang lebih di atas dalam Gambar.5a, telah dipelajari yang mana mendukung pengamatan bahwa batas-batas LAB dan batas-batas khusus CSL, terutama Σ 11 dan Σ 13b dan mungkin Σ 5, adalah tahan retakan, dan penyimpangan dari arah linear ideal dari perambatan retakan terjadi ketika ujung retakan menemui batas-batas bulir misorientasi acak yang besar, yang mana secara umum memiliki energi yang besar.<br />
<br />
Peranan tekstur pada studi mikro tekstur IGSCC<br />
Banyak retakan yang teramati berhenti pada daerah-daerah dimana fraksi HAB cukup besar, dan ini akan menjadi menarik untuk mengetahui apakah tekstur kristalografi berperan dalam perhentian retakan tersebut walaupun faktanya bahwa batas-batas bulir sudut besar tersedia untuk perambatan mereka. Dalam Gambar 6. distribusi karakter batas dengan seketika mendahului daerah ujung retakan yang menunjukkan kehadiran yang kuat dari batas-batas acak sudut besar, namun retakan mengalami penghentian. Persimpangan ganda tiga spesifik dimana retakan mengalami penghentian juga telah menunjukkan dua batas acak sudut besar yang tidak retak, seperti yang diperlihatkan secara skematik dalam Gambar 6c.<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 6. Contoh HAB yang mendominasi daerah terhentinya retakan: (a) peta EBSD IQ, (b) GBCD dan (c) skematik dari percabangan ganda tiga yang menunjukkan segmen-segmen retakan dan yang tidak retak.<br />
<br />
<br />
Pada baja-baja, ODF pada seksi φ2 = 45o menunjukkan komponen-komponen tekstur utama seperti yang ditunjukkan dalam Gambra 7a.<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 7. Seksi φ2 = 45o dari ODF: (a) skematik dari komponen-komponen tekstur utama (b) Sepanjang jalur retakan dan (c) pada daerah yang dengan segera mendahului ujung retakan.<br />
<br />
Oleh karena itu, dalam studi ini, ODF dari data scan EBSD telah dihitung pada perpotongan melintang sepanjang jalur retakan dan hanya di luar titik perhentian retakan untuk mengevaluasi peranan tekstur pada SCC. Seperti yang dapat dilihat bahwa memiliki intensitas tertinggi sepanjang jalur perambatan retakan (Gambar 7b) sementara itu mendominasi pada kasus yang terakhir (Gambar 7c). Dalam rangka untuk menguji kebenaran dari pengamatan ini, total 18 retakan dan area-area yang dengan segera mendahului ujung retakan juga diselidiki. Contoh-contoh yang mewakili dari gambar-gambar kutub terbalik, untuk daerah-daerah yang hanya di luar ujung retakan, ditunjukkan dalam Gambar 8 yang mana memperlihatkan tekstur , dan terkadang melebar ke tekstur .<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 8. Contoh-contoh dari gambar kutub terbalik untuk daerah-daerah yang dengan segera mendahului ujung retakan.<br />
<br />
Kebalikan dari daerah-daerah terhentinya retakan, daerah-daerah retakan terutama ditunjukkan oleh tekstur , sebagai pembuktian dalam Gambar 9. di mana ditunjukkan dua contoh yang mewakili. <br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 9. Contoh-contoh dari gambar kutub terbalik untuk daerah retakan<br />
<br />
Oleh karena itu, ini menunjukkan bahwa retakan cenderung untuk mengikuti batas-batas bulir yang berhubungan dengan tekstur bulir-bulir dan mengalami penghentian ketika mereka bertemu batas-batas yang berhubungan dengan tekstur-tekstur bulir atau . Penting untuk disebutkan di sini bahwa daerah-daerah terhentinya retakan dengan fraksi batas yang lebih besar juga menunjukkan tekstur-tekstur dan yang dominan karena batas-batas Σ 11 dan Σ 13b, sebagian besar hadir pada daerah-daerah tersebut, yang secara ideal didefinisikan dengan sumbu rotasi/ sudut misorientasi berturut-turut /50,48o dan /27,8o, fraksi yang mana bisa dinaikkan secara signifikan melalui kehadiran tekstur-tekstur bulir dan .<br />
<br />
Studi tekstur mikro melalui ketebalan pipa<br />
Studi tekstur mikro telah dilakukan pada sampel yang tidak mengalami peretakan dari pipa yang sama dengan tujuan untuk menguji lebih lanjut peranan karakter batas bulir dan tekstur kristalografi yang diamati melalui studi tekstur mikro yang dipersembahkan di awal. Distribusi misorientasi batas bulir telah dihitung untuk lapisan-lapisan yang berbeda (bagian RD-TD) sepanjang ketebalan pipa menggunakan ODF yang didapatkan dari pengukuran tekstur sinar-X. Prosedur untuk memperkirakan beberapa distribusi telah dijelaskan oleh Morawiec et al., dan modul perhitungan terdapat dalam software TexTools. Perubahan fraksi batas bulir sudut besar, dalam rentang 25 – 55o, dari permukaan pipa ke arah permukaan yang lebih dalam ditunjukkan dalam Gambar 10.<br />
<br />
<br />
Gambar 10. Fraksi-fraksi HAB yang melalui ketebalan pipa<br />
<br />
Batas-batas CSL adalah juga batas-batas misorientasi bersudut besar yang bisa jatuh dalam rentang yang dipilih tapi fraksi dari batas-batas tersebut (kecuali jenis Σ 3n) didapatkan menjadi sangat rendah dalam sampel ini (maksimum 6% sampai untuk Σ 13b); Oleh karena itu, fraksi yang dilaporkan dari batas-batas bersudut besar bisa dianggap sebagai batas-batas acak bersudut besar.<br />
<br />
Jelas dari Gambar 10, bahwa fraksi batas bulir bersudut besar sangat tinggi pada permukaan pipa dan tidak menurun dalam beberapa jalan dari permukaan yang lebih luar ke permukaan yang lebih dalam. Namun, pada sampel ini hanya sedikit korosi lubang yang teramati pada permukaan lapisan dan tak ada retakan yang terdaftar.<br />
<br />
Seperti yang disebutkan di awal, banyak retakan yang teramati, dalam spesimen retakan kami telah terhenti walaupun ketika fraksi HAB cukup tinggi, tapi pengamatan yang lebih dekat pada tekstur memperlihatkan bahwa dan telah mendominasi pada daerah-daerah yang dengan seketika mendahului ujung retakan tersebut dengan tanpa melihat distribusinya dari permukaan pipa dan fraksi-fraksi dari batas-batas bersudut besar; sedangkan tekstur mendominasi sepanjang jalur perambatan retakan. Pengamatan tersebut dikonfirmasi lebih lanjut dengan mempelajari tekstur melalui ketebalan dari sampel yang tidak retak dari pipa yang sama yang mana HAB acak mendominasi di seluruh ketebalan, analisis sinar-X tekstur makro telah menunjukkan bahwa tekstur sangatlah lemah (kira-kira 0,5 kali intensitas acak) pada permukaan, namun tekstur memiliki intensitas yang paling tinggi, dan serat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 11, telah didefinisikan dengan baik.<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 11. ODF pada seksi φ2 = 45o pada 150 μm di bawah permukaan sampel yang tidak retak.<br />
<br />
Tidak seperti hasil EBSD ang memperlihatkan tekstur yang sangat lokal, pengukuran tekstur sinar-X telah dilakukan dengan spesimen 2,2 cm x1,38 cm untuk memperlihatkan tekstur mikroskopik. Hal yang untuk dipertimbangkan di sini adalah tekstur dan memiliki intensitas lebih besar, berturut-turut 5 kali dan 3 kali, daripada tekstur dalam sampel yang tak retak. Jika hasil ini ditafsirkan dalam hubungan dengan fakta bahwa sampel ini tidak memiliki retakan walaupun ia telah menemui kondisi perlakuan yang sama dan lama penyebaran yang sama dengan sampel yang retak, kesimpulan bahwa tekstur dan bisa tahan terhadap perambatan retakan tampak dibenarkan.<br />
<br />
Kehadiran tekstur yang kuat, maupun tekstur serat , pada daerah ketebalan menengah dari sampel yang tidak retak digambarkan dalam Gambar 12. Walaupun tahan terhadap IGSCC, tekstur dihubungkan dengan kemungkinan peretakan yang lebih besar;<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 12. ODF pada seksi φ2 = 45o pada daerah ketebalan menengah dari sampel yang tidak retak.<br />
<br />
Namun, SCC diawali pada permukaan dimana tekstur yang tahan retakan akan mencegah nukleasi dan pertumbuhan retakan, dengan syarat bahwa sampelnya cukup tipis. Oleh karena itu, ini dapat disimpulkan bahwa retakan-retakan bisa dihentikan baik melalui penggabungan fraksi besar LAB dan batas-batas khusus CSL atau melalui penciptaan tekstur-tekstur dan yang menutupi permukaan pipa.<br />
<br />
Ketahanan perambatan retakan untuk tekstur-tekstur baja dan <br />
Dalam rangka untuk memahami lebih baik bagaimana tekstur-tekstur dan mencegah perambatan retakan, sumbu-sumbu rotasi dari batas-batas dalam daerah terhentinya retakan telah ditentukan. Energi-energi relatif batas bulir dari baja API X65 tidak diketahui untuk sumbu misorientasi yang berbeda, namun Hayakawa dan Szpunar telah memperkirakan energi-energi tersebut untuk baja Fe-3%Si. Pada baja ini, sumbu-sumbu misorientasi dan (baik untuk jenis-jenis batas miring dan memutar), terutama dihubungkan dengan bulir-bulir dan , memiliki energi batas bulir yang lebih rendah daripada sumbu misorientasi yang dihubungkan dengan tekstur bulir . Ini benar untuk kedua batas-batas bersudut kecil dan besar. Batas-batas bulir dari baja API X65 juga diharapkan menunjukkan hasil yang serupa karena komposisinya juga didominasi oleh Fe (~98% berat).<br />
<br />
Perhitungan-perhitungan serupa, walaupun untuk batas-batas bersudut kecil hanya dalam aluminium murni, juga telah diperlihatkan oleh Yang et al.,. Sumbu/distribusi sudut misorientasi pada daerah terhentinya retakan, suatu sampel yang mewakili yang mana ditunjukkan dalam Gambar 13., tentu saja telah menampakkan bahwa sumbu-sumbu rotasi dari batas-batas bulir tersebut terutama adalah dan . Ini lagi-lagi mengindikasikan bahwa batas-batas yang terhubung dengan tekstur bulir-bulir dan lebih disukai untuk menahan perambatan retakan. <br />
<br />
<br />
Gambar 13.Sumbu/distribusi misorientasi sudut dari batas-batas bulir pada daerah terhentinya retakan<br />
<br />
Satu pengecualian untuk dicatat di sini adalah bahwa batas-batas Σ 5 didefinisikan dengan sumbu rotasi/pasangan sudut misorientasi /36,87o. Ini menyarankan bahwa suatu puncak energi mungkin terdapat pada diagram energi batas bulir relatif vs sudut misorientasi pada 36,87o untuk sumbu batas rotasi . Namun, seperti yang disebutkan di awal, fraksi batas-batas Σ 5 tidak cukup besar untuk meyakinkan kekebalannya terhadap IGSCC, dan karenanya kemungkinan konfigurasi energi yang rendah dari batas-batas Σ 5 harus dipertimbangkan hanya sebagai prediksi. Dengan menarik, batas-batas CSL lain yang teramati pada jalur perambatan retakan seperti Σ 17a, Σ 27a harus memiliki sumbu rotasi yang mendukung kebenaran dari energi batas bulir yang diperkirakan dan ini dapat diterapkan pada baja API X65. Seseorang mungkin berargumen bahwa Σ 19 dan Σ 21a juga memiliki sumbu-sumbu rotasi berturut-turut dan , dan oleh karena itu akan memiliki energi yang rendah, dengan demikian mungkin bisa menahan retakan. Tapi batas-batas tersebut tidak teramati pada titik retakan terhenti untuk menandakan kekhususan batas-batas tersebut dalam menyediakan ketahanan terhadap IGSCC, tidak juga teramati sepanjang jalur perambatan retakan.<br />
<br />
Anisotropi modulus Young untuk baja-baja , dan <br />
Anisotropi dari perhitungan modulus elastik telah dilakukan untuk baja bertekstur , dan dalam rangka untuk memperkirakan kekerasan relatifnya.<br />
<br />
Kristal-kristal kubus memiliki sumbu-sumbu tiga lipatan dan tiga perempat lipatan dari simetri, dan hanya ada tiga konstanta kekakuan elastik yang independen. Tiga koefisien kekakuan elastik independen untuk α-Fe yang dikenal , C11 = 233,1 GPa, C44 = 117,83 GPa dan C12 = 135,44 GPa. Koefisien C dari ODF dan konstanta kekakuan elastik dapat digunakan untuk mendapatkan anisotropik modulus Young untuk material-material yang diberikan, misalnya koefisien-koefisien C dari tekstur yang mendominasi baja dapat didapatkan dari ODFnya; Koefisien-koefisien tersebut bersama dengan tiga koefisien-koefisien kekakuan elastik kemudian bisa digunakan untuk mendapatkan anisotropi modulus Young untuk tekstur baja . Modul perhitungan modulus elastik pada software TexTools telah digunakan untuk melakukan perhitungan.<br />
<br />
Ini dibuktikan dari Gambar 14. bahwa modulus elastik lebih besar pada baja bertekstur (maksimum 230 GPa) daripada baja-baja bertekstur dan (maksimum 210 dab 170 GPa). Ini seharusnya membuktikan bahwa baja bertekstur lebih mudah untuk meretak.<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 14. Anisotropi modulus untuk tekstur-tekstur yang mendominasi baja-baja (a) (b) (c) <br />
<br />
<br />
Kesimpulan<br />
<br />
Disamping peranan karakter batas bulir pada IGSCC dari baja pipa saluran, suatu pemahaman baru dari ketahanan peretakan bergantung pada tekstur telah didapatkan, yang mana akan bertindak sebagai panduan untuk menghasilkan baja-baja dengan ketahanan IGSCC yang superior. Kesimpulan-kesimpulan dari studi ini dapat dirangkum sebagai berikut:<br />
<br />
1. Karakter batas bulir memainkan peranan kunci pada IGSCC baja pipa saluran. Batas-batas sudut rendah dan batas-batas khusus CSL (Σ 11, Σ 13b, dan kemungkinan Σ 5) adalah tahan retakan sementara itu batas-batas bulir acak bersudut tinggi rentan terhadap peretakan.<br />
2. Batas-batas CSL di luar jenis Σ 13b tidak ditemukan secara khusus dalam menyediakan ketahanan terhadap perambatan peretakan integranular. Walaupun fraksi-fraksi dari beberapa bulir adalah sangat kecil dalam sampel yang diselidiki, beberapa dari batas-batas tersebut teramati pada jalur retakan dan tidak pada titik terhentinya retakan.<br />
3. Retakan bercabang dan pembelokkan terutama dikendalikan melalui struktur dari batas-batas bulir pada persimpangan dimana penyimpangan tersebut berasal dari jalur awal perambatan retakan yang terjadi.<br />
4. Baik studi tekstur makro- dan mikro- meyakinkan bahwa tekstur kritalografi sangat mempengaruhi IGSCC pada baja pipa saluran. Batas-batas tekstur bulir dan yang dihubungkan dengan sumbu-sumbu rotasi dan , menyediakan ketahanan tinggi terhadap IGSCC sementara itu batas-batas tekstur bulir adalah yang paling rentan.<br />
5. Studi ini mengindikasikan bahwa permulaan dan diikuti perambatan IGSCC mungkin dapat dicegah baik melalui penyediaan suatu fraksi yang besar dari batas-batas sudut kecil dan batas-batas khusus CSL pada permukaan pipa atau melalui modifikasi tekstur permukaan.tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-47962773841484855412010-06-28T20:44:00.001-07:002010-06-28T20:45:52.655-07:00Silika Sekam PadiSekam padi merupakan residu pertanian dengan jumlah melimpah di Indonesia pada umumnya dan Provinsi Lampung pada khususnya. Data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik Lampung (2004) menunjukkan bahwa di daerah ini terdapat lahan pertanian padi seluas 476.436 ha, dengan produksi padi mencapai 1.797.623 ton per tahun. Dari produksi tersebut diperkirakan dihasilkan sekam sekitar 360.000 ton, yakni sekitar 20% dari berat padi yang dihasilkan. Dengan demikian, pemaanfaatan silika adi merupakan kontribusi penting bagi pembangunan nasional, khususnya sektor pertanian padi. Faktor pendukung lainnya adalah bahwa silika sekam padi juga diketahui mempunyai sifat yang sangat homogen dan karakteristik fasanya dapat diatur dengan suhu sintering untuk mendapatkan fasa amorf, kristobalit, dan tridimit (Shinohara and Kohyama, 2004). Silika sekam padi juga mempunyai reaktifitas yang memungkinkannya untuk difungsionalisasi dengan senyawaan silan untuk mendapatkan material turunan dengan sifat yang khas, misalnya sebagai penukar ion (Ginting, 2006).<br />
<br />
Sekam padi adalah bagian terluar dari butir padi, yang merupakan hasil sampingan saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20 % dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1986). Nilai paling umum kandungan silika dari abu sekam adalah 94 - 96 % dan apabila nilainya mendekati atau di bawah 90 % kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah terkontaminasi dengan zat lain yang kandungan silikanya rendah. Silika yang terdapat dalam sekam ada dalam bentuk amorf terhidrat (Houston, 1972). Tapi jika pembakaran dilakukan secara terusmenerus pada suhu di atas 650oC akan menaikkan kristalinitasnya dan akhirnya akan terbentuk fasa kristobalit dan tridimit dari silica sekam (Hara,1986).<br />
<br />
Silika merupakan bahan kimia yang pemanfaatan dan aplikasinya sangat luas mulai bidang elektronik, mekanik, medis, seni hingga bidang-bidang lainnya. Salah satu pemanfaatan serbuk silika yang cukup luas adalah sebagai penyerap kadar air di udara sehingga memperpanjang masa simpan bahan dan sebagai bahan campuran untuk membuat keramik seni. Sedangkan silika amorf terbentuk ketika silikon teroksidasi secara termal. Silika amorf terdapat dalam beberapa bentuk yang tersusun dari partikel-partikel kecil yang kemungkinan ikut tergabung. Biasanya silika amorf mempunyai kerapatan 2,21 g/cm3 (Harsono, 2002)tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-81233786204816140312010-06-23T23:49:00.000-07:002010-06-23T23:49:39.550-07:00SekuensingDalam genetika dan biokimia, sekuensing berarti penentuan struktur primer (atau sekuens primer) rantai biopolimer tak bercabang. Sekuensing menghasilkan penggambaran linear simbolik yang disebut sekuens yang meringkas sebagian besar struktur tingkat atom atas molekul yang di-sekuensing. Sebagai contoh, sekuensing DNA akan menghasilkan sekuens DNA yang digambarkan sebagai untaian abjad lambang nukleotida-nukleotida penyusun DNA, yaitu "A" (nukleotida berbasa adenin), "T" (nukleotida berbasa timin), "G" (nukleotida berbasa guanin), dan "C" (nukleotida berbasa sitosin).<br />
<br />
1. Sekuensing DNA dan RNA<br />
Sekuensing asam nukleat adalah proses penentuan urutan nukleotida pada suatu fragmen DNA atau RNA. Penentuan sekuens RNA biasanya dilakukan dengan melakukan sekuensing terhadap DNA cetakannya. Dewasa ini, hampir semua usaha sekuensing DNA dilakukan dengan menggunakan metode terminasi rantai yang dikembangkan oleh Frederick Sanger dan rekan-rekannya. Teknik tersebut melibatkan terminasi atau penghentian reaksi sintesis DNA in vitro yang spesifik untuk sekuens tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah dimodifikasi.<br />
<br />
Sekuensing DNA<br />
Dewasa ini, hampir semua usaha sekuensing DNA dilakukan dengan menggunakan metode terminasi rantai yang dikembangkan oleh Frederick Sanger dan rekan-rekannya. Teknik tersebut melibatkan terminasi atau penghentian reaksi sintesis DNA in vitro yang spesifik untuk sekuens tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah dimodifikasi.<br />
<br />
Metode Sanger<br />
<br />
Pada metode terminasi rantai (metode Sanger), perpanjangan atau ekstensi rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan menggunakan oligonukleotida pendek yang disebut primer yang komplementer terhadap DNA pada daerah situs tersebut. Primer tersebut diperpanjang menggunakan DNA polimerase, enzim yang mereplikasi DNA. Bersama dengan primer dan DNA polimerase, diikutsertakan pula empat jenis basa deoksinukleotida (satuan pembentuk DNA), juga nukleotida pemutus atau penghenti rantai (terminator rantai) dalam konsentrasi rendah (biasanya di-deoksinukleotida). Penggabungan nukleotida pemutus rantai tersebut secara terbatas kepada rantai DNA oleh polimerase DNA menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang berhenti bertumbuh hanya pada posisi pada DNA tempat nukleotida tertentu tersebut tergabungkan. Fragmen-fragmen DNA tersebut lalu dipisahkan menurut ukurannya dengan elektroforesis gel poliakrilamida, atau sekarang semakin lazim dengan elektroforesis menggunakan tabung gelas berjari-jari kecil (pipa kapiler) yang diisi dengan polimer kental.<br />
<br />
Seiring dengan perkembangannya, kini terdapat beberapa macam metode sekuensing terminasi rantai yang berbeda satu sama lain terutama dalam hal pendeteksian fragmen DNA hasil reaksi sekuensing.<br />
<br />
Metode Sanger asli<br />
Pada metode yang asli, urutan nukleotida DNA tertentu dapat disimpulkan dengan membuat secara paralel empat reaksi perpanjangan rantai menggunakan salah satu dari empat jenis basa pemutus rantai pada masing-masing reaksi. Fragmen-fragmen DNA yang kemudian terbentuk dideteksi dengan menandai (labelling) primer yang digunakan dengan fosfor radioaktif sebelum reaksi sekuensing dilangsungkan. Keempat hasil reaksi tersebut kemudian dielektroforesis pada empat lajur yang saling bersebelahan pada gel poliakrilamida. Hasil pengembangan metode ini menggunakan empat macam primer yang ditandai dengan pewarna berpendar (fluorescent dye). Hal ini memiliki kelebihan karena tidak menggunakan bahan radioaktif; selain menambah keamanan dan kecepatan, keempat hasil reaksi dapat dicampur dan dielektroforesis pada satu lajur pada gel. Metode ini dikenal sebagai metode dye primer sequencing.<br />
<br />
Cara lain pelabelan primer adalah dengan melabel pemutus rantainya, lazim disebut metode sekuensing dye terminator. Keunggulan cara ini adalah bahwa seluruh proses sekuensing dapat dilakukan dalam satu reaksi, dibandingkan dengan empat reaksi terpisah yang diperlukan pada penggunaan primer berlabel. Pada cara tersebut, masing-masing dideoksinukleotida pemutus rantai ditandai dengan pewarna fluoresens, yang berpendar pada panjang gelombang yang berbeda-beda. Cara ini lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan penggunaan primer berwarna, namun dapat menimbulkan ketidaksamaan tinggi kurva atau puncak (peak) yang disebabkan oleh ketidaksamaan penggabungan pemutus rantai berwarna berukuran besar pada pertumbuhan DNA (ketidaksamaan tersebut bergantung pada DNA cetakan). Masalah tersebut telah dapat dikurangi secara nyata dengan penggunaan macam-macam enzim dan pewarna baru yang meminimalkan perbedaan dalam penggabungan.<br />
Metode ini kini digunakan pada sebagian besar usaha reaksi sekuensing karena lebih sederhana dan lebih murah. Primer-primer yang digunakan tidak perlu dilabel secara terpisah (yang bisa jadi cukup mahal untuk primer yang dibuat untuk sekali pakai), walaupun hal tersebut tidak terlalu bermasalah dalam penggunaan universal primer.<br />
<br />
Automatisasi dan penyiapan sampel<br />
Mesin sekuensing DNA automatis modern mampu mengurutkan 384 sampel berlabel fluoresens sekaligus dalam sekali batch (elektroforesis) yang dapat dilakukan sampai 24 kali sehari. Hal tersebut hanya mencakup proses pemisahan dan proses pembacaan kurva; reaksi sekuensing, pembersihan, dan pelarutan ulang dalam larutan penyangga yang sesuai harus dilakukan secara terpisah.<br />
<br />
Untuk memperoleh hasil reaksi berlabel yang dapat dideteksi dari DNA cetakan, metode "sekuensing daur" (cycle sequencing) paling lazim dilakukan. Dalam metode ini dilakukan berturut-turut penempelan primer (primer annealing), ekstensi oleh polimerase DNA, dan denaturasi (peleburan atau melting) untai-untai DNA cetakan secara berulang-ulang (25–40 putaran). Kelebihan utama sekuensing daur adalah lebih efisiennya penggunaan pereaksi sekuensing yang mahal (BigDye) dan mampunya mengurutkan templat dengan struktur sekunder tertentu seperti hairpin loop atau daerah kaya-GC. Setiap tahap pada sekuensing daur ditempuh dengan mengubah temperatur reaksi menggunakan mesin pendaur panas (thermal cycler) PCR. Cara tersebut didasarkan pada fakta bahwa dua untai DNA yang komplementer akan saling menempel (berhibridisasi) pada temperatur rendah dan berpisah (terdenaturasi) pada temperatur tinggi. Hal penting lain yang memungkinkan cara tersebut adalah penggunaan enzim DNA polimerase dari organisme termofilik (organisme yang hidup di lingkungan bertemperatur tinggi), yang tidak mudah terurai pada temperatur tinggi yang digunakan pada cara tersebut (>95°C).<br />
<br />
Metode Maxam-Gilbert<br />
Pada waktu yang kira-kira hampir bersamaan dengan dikenalkannya metode sekuensing Sanger, Maxam dan Gilbert mengembangkan metode sekuensing DNA yang didasarkan pada modifikasi kimiawi DNA yang dilanjutkan dengan pemotongan DNA [2]. Metode ini mulanya cukup populer karena dapat langsung menggunakan DNA hasil pemurnian, sedangkan metode Sanger pada waktu itu memerlukan kloning untuk membentuk DNA untai tunggal. Seiring dengan dikembangkannya metode terminasi rantai, metode sekuensing Maxam-Gilbert menjadi tidak populer karena kerumitan teknisnya, digunakannya bahan kimia berbahaya, dan kesulitan dalam scale-up.<br />
<br />
Sekuensing DNA skala besar<br />
Metode sekuensing DNA yang kini ada hanya dapat merunut sepotong pendek DNA sekaligus. Contohnya, mesin sekuensing modern yang menggunakan metode Sanger hanya dapat mencakup paling banyak sekitar 1000 pasang basa setiap sekuensing. Keterbatasan ini disebabkan oleh probabilitas terminasi rantai yang menurun secara geometris seiring dengan bertambahnya panjang rantai, selain keterbatasan fisik ukuran dan resolusi gel.<br />
<br />
Sekuens DNA dengan ukuran jauh lebih besar kerap kali dibutuhkan. Sebagai contoh, genom bakteri sederhana dapat mengandung jutaan pasang basa, sedangkan genom manusia terdiri atas lebih dari 3 milyar pasang basa. Berbagai strategi telah dikembangkan untuk sekuensing DNA skala besar, termasuk strategi primer walking dan shotgun sequencing. Kedua strategi tersebut melibatkan pembacaan banyak bagian DNA dengan metode Sanger dan selanjutnya menyusun hasil pembacaan tersebut menjadi sekuens yang runut. Masing-masing strategi memiliki kelemahan sendiri dalam hal kecepatan dan ketepatan; sebagai contoh, metode shotgun sequencing merupakan metode yang paling praktis untuk sekuensing genom ukuran besar, namun proses penyusunannya rumit dan rentan kesalahan.<br />
<br />
Data sekuens bermutu tinggi lebih mudah didapatkan bila DNA bersangkutan dimurnikan dari pencemar yang mungkin terdapat pada sampel dan diamplifikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan metode reaksi berantai polimerase bila primer yang dibutuhkan untuk mencakup seluruh daerah yang diinginkan cukup praktis dibuat. Cara lainnya adalah dengan kloning DNA sampel menggunakan vektor bakteri, yaitu memanfaatkan bakteri untuk "menumbuhkan" salinan DNA yang diinginkan sebanyak beberapa ribu pasang basa sekaligus. Biasanya proyek-proyek sekuensing DNA skala besar memiliki persediaan pustaka hasil kloning semacam itu.<br />
<br />
Sekuensing RNA<br />
RNA lebih tidak stabil daripada DNA di dalam sel dan lebih rentan terhadap penguraian oleh enzim nuklease secara laboratorium. Seperti yang telah disebutkan di atas, kadang kala sekuensing RNA diperlukan walaupun informasi yang dikandung RNA sudah terdapat di dalam DNA, khususnya pada eukaryota. Dalam sekuensing RNA, metode yang umum digunakan adalah mula-mula membentuk fragmen DNA dari RNA tersebut dengan enzim transkriptase balik. Misalnya, DNA dapat disintesis dari cetakan mRNA dan disebut sebagai DNA komplementer (cDNA). Fragmen DNA tersebut kemudian dapat disekuensing dengan cara-cara seperti yang disebutkan di atas.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Kegunaan sekuensing asam nukleat<br />
Sekuens DNA menyandikan informasi yang diperlukan bagi makhluk hidup untuk melangsungkan hidup dan berkembang biak. Dengan demikian, penentuan sekuens DNA berguna di dalam ilmu pengetahuan 'murni' mengenai mengapa dan bagaimana makhluk hidup dapat hidup, selain berguna dalam penerapan praktis. Karena DNA merupakan ciri kunci makhluk hidup, pengetahuan akan sekuens DNA dapat berguna dalam penelitian biologi manapun. Sebagai contoh, dalam ilmu pengobatan sekuensing DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengembangkan pengobatan penyakit genetik. Demikian pula halnya, penelitian pada agen penyebab penyakit (patogen) dapat membuka jalan bagi pengobatan penyakit menular. Bioteknologi, yang dapat pula memanfaatkan sekuensing DNA, merupakan bidang yang berkembang pesat dan berpotensi menghasilkan banyak barang dan jasa berguna.<br />
<br />
Karena RNA dibentuk dengan transkripsi dari DNA, informasi yang dikandung RNA juga terdapat di dalam DNA cetakannya sehingga sekuensing DNA cetakan tersebut sudah cukup untuk membaca informasi pada RNA. Namun demikian, sekuensing RNA dibutuhkan khususnya pada eukaryota, karena molekul RNA eukaryot tidak selalu sebanding dengan DNA cetakannya karena pemotongan intron setelah proses transkripsi.<br />
<br />
<br />
2. Sekuensing Protein <br />
Sekuensing protein atau sekuensing peptida adalah penentuan urutan asam amino pada suatu protein atau peptida (oligopeptida maupun polipeptida). Metode untuk sekuensing protein umumnya melibatkan pemutusan ikatan yang diikuti dengan identifikasi asam amino.<br />
<br />
Pada metode degradasi Edman, residu pada ujung-N (ujung amino) protein dipotong satu per satu dengan reaksi kimia. Setelah setiap pemotongan, residu asam amino yang telah dipotong tersebut dapat diidentifikasi menggunakan kromatografi. Prosedur tersebut diulangi untuk setiap residu asam amino. Kelemahan metode ini adalah bahwa polipeptida yang di-sekuensing tidak dapat lebih panjang dari 50–60 residu (dapat disiasati dengan memotong-motong polipeptida berukuran besar menjadi peptida-peptida berukuran lebih kecil sebelum dilakukan reaksi).<br />
<br />
Metode sekuensing protein yang lain memanfaatkan spektrometri massa yang mampu mengukur massa peptida dengan tepat. Protein yang hendak di-sekuensing dipotong-potong secara enzimatik maupun kimia menjadi peptida-peptida yang kemudian dianalisis menggunakan spektrometri massa. Dalam proses spektrometri massa, peptida-peptida tersebut dipecah secara ionisasi, misalnya dengan bantuan laser pada metode matrix-assisted laser desorption ionization-time-of-flight spectrometry (spektrometri "ionisasi desorpsi laser dengan bantuan matriks"-"waktu terbang"/MALDI-TOF), kemudian ion-ion residu yang dihasilkan ditentukan massanya. Pada metode peptide mass fingerprinting ("penyidikjarian massa peptida"), data massa fragmen-fragmen peptida tersebut dianalisis secara bioinformatika dengan rujukan basis data besar asam nukleat untuk menentukan sekuens protein asalnya (secara statistika berdasarkan data asam nukleat pada basis data tersebut). Selain itu, sekuens protein juga dapat ditentukan langsung dengan spektrometri massa pada metode tandem mass spectrometry ("spektrometri massa tandem").<br />
<br />
Jika gen penyandi suatu protein dapat diidentifikasi, saat ini jauh lebih mudah melakukan sekuensing DNA dari gen tersebut dan menentukan sekuens proteinnya dari sekuens DNA itu dibandingkan dengan harus melakukan sekuensing terhadap protein itu sendiri. Sebaliknya, penentuan sebagian sekuens asam amino suatu protein (biasanya dari salah satu ujung rantai proteinnya) dapat memungkinkan identifikasi klon pembawa gen tersebut.<br />
<br />
<br />
3. Sekuensing Polisakarida<br />
Walaupun polisakarida juga merupakan biopolimer (yang termasuk dalam karbohidrat dengan monomer monosakarida), tidaklah lazim untuk melakukan 'sekuensing' polisakarida, karena beberapa alasan. Walaupun banyak polisakarida yang berstruktur rantai lurus, banyak pula yang berstruktur bercabang. Terdapat banyak sekali jenis monosakarida yang dapat menyusun polisakarida dengan banyak macam cara ikatan kimia pula. Selain itu, alasan teoretis utama ketidaklaziman sekuensing polisakarida adalah bahwa masing-masing polimer lain yang disebutkan di atas secara umum dibentuk oleh satu jenis enzim berdasarkan 'cetakan' tertentu, sedangkan satu penggabungan monomer pada polisakarida dapat dibentuk oleh berbagai jenis enzim. Sering kali pembentukan ikatan polimer polisakarida tidaklah spesifik; bergantung pada enzim yang beraksi, satu dari beberapa jenis monomer dapat digabungkan. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya sekelompok molekul yang mirip satu sama lain.tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-41890560225002572782010-06-21T20:56:00.001-07:002010-06-22T00:21:14.891-07:00KROMATOGRAFIKromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. <br />
<br />
Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisa lebih lanjut. Beberapa alat-alat analitik dapat digabungkan dengan metode pemisahan untuk analisis secara on-line (on-line analysis) seperti: penggabungan kromatografi gas (gas chromatography) dan kromatografi cair (liquid chromatography) dengan mass spectrometry (GC-MS dan LC-MS), Fourier-transform infrared spectroscopy (GC-FTIR), dan diode-array UV-VIS (HPLC-UV-VIS).<br />
<br />
<br />
Jenis Kromatografi<br />
1. Kromatografi Kolom<br />
Kromatografi kolom merupakan salah satu metode pemisahan konvensional karena inilah awal dari metode kromatografi. Dalam kromatografi kolom, pertama-tama kolom gelas dengan kran pada salah satu ujungnya diisi oleh fasa diam berupa silika atau alumina. Ukuran diameter partikel fasa diam berkisar 100µm. Campuran yang akan dipisahkan dituangkan pada bagian atas kolom yang berisi fasa diam. Begitu pula fasa gerak berupa pelarut organik seperti heksan atau eter dialirkan dari bagian atas kolom. Komponen-komponen yang telah terpisah dari campurannya bergerak terbawa fasa gerak ke bawah kolom. Jumlah komponen penyusun campuran dapat terlihat sebagai cincin-cincin berwarna sepanjang kolom gelas. Akhirnya, komponen-komponen dari campuran meninggalkan kolom gelas satu persatu dan dapat ditampung pada tempat yang berbeda.<br />
<br />
2. Kromatografi Gas<br />
Dalam kromatografi gas, gas digunakan sebagai fasa gerak dan zat padat atau zat cair digunakan sebagai fasa diam. Mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut : gas dalam silinder baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisi fasa diam. Cuplikan berupa campuran yang akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan, disuntikkan ke dalam aliran gas tersebut. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas pembawa ke dalam kolom dan di dalam kolom terjadi proses pemisahan. Komponen-komponen campuran yang telah terpisahkan satu persatu meninggalkan kolom. Suatu detektor diletakkan di ujung kolom untuk mendeteksi jenis maupun jumlah tiap komponen campuran. Hasil pendeteksian direkam dengan rekoerder dan dinamakan kromatogram yang terdiri dari beberapa peak. Pengukuran kromatografi gas dapat dilakukan dalam dua mode operasional yaitu mode isotermal dan mode program suhu. Dengan mode isotermal, suhu kolom dijaga tetap selama pengukuran sedangkan pada mode program suhu, suhu kolom dapat diprogram. Untuk hasil yang baik maka harus diperhatikan beberapa faktor pendukung yakni pemilihan fasa diam yang harus disesuaikan dengan cuplikan yang akan dipisahkan dan didarkan pada sifat kepolaran cuplikan. Pemilihan detektor ditentukan oleh struktur molekul cuplikan.<br />
<br />
3. Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)<br />
Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase stasioner, maka molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner; namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom.<br />
<br />
Terdapat beberapa jenis kromatografi cair, diantaranya: <br />
a.Reverse phase chromatography<br />
Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara kimia pada padatan inert seperti silika. Metode ini biasa digunakan untuk proses ekstraksi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile).<br />
<br />
b. High performance liquid chromatography<br />
High performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang mirip dengan reverse phase. Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter kecil, namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam jumlah besar. <br />
<br />
c. Size exclusion chromatography<br />
Size exclusion chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation atau filtration chromatography biasa digunakan untuk memisahkan dan memurnikan protein. Metode ini tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan sangat cepat. Perangkat kromatografi berupa gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan molekul kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu karena molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.<br />
<br />
4. Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography)<br />
Kromatografi pertukaran ion (ion-exchange chromatography) biasa digukanan untuk pemurnian materi biologis, seperti asam amino, peptida, protein. Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar). Terdapat dua tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran kation (cation exchange) dan pertukaran anion (anion exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan negatif; sedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatan positif. Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom. Jika muatan pada molekul sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan terelusi. Namun jika muatan pada molekul tidak sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentuk ikatan ionik dengan kolom. Untuk mengelusi molekul yang menempel pada kolom diperlukan penambahan larutan dengan pH dan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan metode ini sangat selektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta kapasitasnya tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1of8vuzvtvOrF_kmYpZZY7ZuA7jAuvMfiM8TWJpoJuxmGAFt0F_fgDDWVQ00dQ1w_fw-_KlTgxUxLTSrmreLlUu8fbEwfeP2tb8uw9ESwlSLUYFMTWgaTwpnB5qjDHDhpKQWoQOWj1AYd/s1600/LC-ICP-MS_versB.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1of8vuzvtvOrF_kmYpZZY7ZuA7jAuvMfiM8TWJpoJuxmGAFt0F_fgDDWVQ00dQ1w_fw-_KlTgxUxLTSrmreLlUu8fbEwfeP2tb8uw9ESwlSLUYFMTWgaTwpnB5qjDHDhpKQWoQOWj1AYd/s320/LC-ICP-MS_versB.png" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWsaQPQ_3lt7UF_Z11AkauivFy8GuJuPXPkB25FuKjVRgfXWMvfr7FXK945k1q9PPaxR0wt5kG7g-jlo300CUcp-wYBI6GaugmaHaOZa5Y5-hwQAnwUFyeAyOVcUiOn6clp8QORqyQ0IPS/s1600/GC-MS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWsaQPQ_3lt7UF_Z11AkauivFy8GuJuPXPkB25FuKjVRgfXWMvfr7FXK945k1q9PPaxR0wt5kG7g-jlo300CUcp-wYBI6GaugmaHaOZa5Y5-hwQAnwUFyeAyOVcUiOn6clp8QORqyQ0IPS/s320/GC-MS.jpg" /></a></div>tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-84274467587655063662010-06-20T18:18:00.000-07:002010-06-20T18:18:28.901-07:00PCRReaksi berantai polimerase atau lebih umum dikenal sebagai PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Prinsip umum kerja PCR adalah menggandakan potongan DNA tertentu dengan bantuan enzim. Dengan teknik ini, DNA dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat sehingga memudahkan berbagai teknik lain yang menggunakan DNA. Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1983 dan ia memperoleh hadiah Nobel pada tahun 1994 berkat temuannya tersebut. Penerapan PCR banyak dilakukan di bidang biokimia dan biologi molekular karena relatif murah dan hanya memerlukan jumlah sampel yang kecil.<br />
<br />
Prinsip kerja PCR adalah menggandakan potongan DNA tertentu dari seluruh untaian DNA, baik yang berasal dari DNA sel inti (nukleus) maupun organel sel seperti DNA mitokondria (mtDNA) atau Ribosom (rDNA). Untuk mendapat potongan DNA, diperlukan Primer yang berfungsi untuk menandai dimana ujung DNA yang akan digandakan. Primer biasanya berpasangan, yaitu Primer forward untuk menandai ujung depan untai DNA dan Primer Reverse untuk menandai dari ujung belakang. Karena DNA terdiri dari 2 untai pilinan ganda (double strand), maka DNA Primer forward bekerja pada strand yang satu sementara Primer Reverse bekerja pada untai pilinan yang satunya. <br />
<br />
Untuk melakukan penggandaan, dibutuhkan bahan baku DNA buatan, namanya dNTP. Dalam PCR diperlukan dNTPa untuk Adenine, dNTPg, dNTPc dan dNTPt untuk masing-masing gula ribosa. Biasanya campuran dNTP-dNTP ini dalam istilah bahasa Inggris cukup disingkat dNTP's.<br />
<br />
Untuk merakit untai DNA buatan dari dNTPs ini, dibutuhkan bantuan enzyme Taq polymerase. Enzim ini bekerja optimal pada suhu tinggi hingga 100 oC. Taq polymerase dipanen dari sebuah bakteri bernama Thermus aquaticus yang ditemukan di sumber air panas, makanya hasil enzim-nya tahan panas dan tidak rusak pada suhu air mendidih.<br />
<br />
Ada 3 tahap dalam kerja PCR, yaitu denaturing, annealing dan extension. <br />
1. Denaturing adalah proses memisahkan 2 untai pilinan DNA. Pada tahap ini, ikatan hidrogen yang menyatukan kedua pilinan itu terlepas sehingga masing-masing akan menjadi untai tunggal. Biasanya suhu denaturing berkisar antara 92-94 oC.<br />
2. Annealing adalah tahapan dimana primer forward dan reverse mencari pasangannya di untai-untai DNA. Jika pas maka dia akan melekat. Suhu annealing biasanya berkisar antara 40-55 oC. Suhu yang biasanya umum dipakai adalah 50-52 oC.<br />
3. Setelah itu, mesin PCR akan kembali memanaskan 'sup DNA' lagi ke suhu 72 oC agar Taq polymerase bekerja menggandakan potongan DNA. Taq membaca primer seperti layaknya pesawat terbang lari di landasan pacu sebelum take off. <br />
<br />
Biasanya ketiga tahap ini diulang sebanyak 30 kali untuk mendapatkan 1.073.741.766 (satu miliar tujuh pulih tiga juta tujuh ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus enam puluh enam) kopi/clone potongan DNA. Potongan-potongan inilah yang dimanfaatkan oleh para peneliti untuk berbagai kegunaan, mulai dari deteksi penyakit, silsilah kekerabatan keluarga, meng-kloning manusia hingga membuktikan kasus kriminal.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6X0Q-EjqukFoZEO-yj4yGFM3xnnH3lI7zm7VSYm4Ywi2eTpJ0Tt0g9UDv0hyphenhyphensojc7IgAIeosFiYKWRfxfabCZOjH-oNpW_LyvDJAl0E_r01PDQZzuAJ8ZFq0OoJaZD9LSIdqKVBGo_Dgt/s1600/pcrsteps.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6X0Q-EjqukFoZEO-yj4yGFM3xnnH3lI7zm7VSYm4Ywi2eTpJ0Tt0g9UDv0hyphenhyphensojc7IgAIeosFiYKWRfxfabCZOjH-oNpW_LyvDJAl0E_r01PDQZzuAJ8ZFq0OoJaZD9LSIdqKVBGo_Dgt/s320/pcrsteps.gif" width="304" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwfh5KfNSJ3cunW_3FM997iWOzqzdn8kyNbJnc4vwxRm7YhBBQ-l34aCsSMvMkznlqsX0FayfrcLcKWcai5xeaPoyBfIFr1Lvx1f9-edvjcCAN8Lk1s5-jdtkR5uBqxHRHb-1yqDLIiloe/s1600/23.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwfh5KfNSJ3cunW_3FM997iWOzqzdn8kyNbJnc4vwxRm7YhBBQ-l34aCsSMvMkznlqsX0FayfrcLcKWcai5xeaPoyBfIFr1Lvx1f9-edvjcCAN8Lk1s5-jdtkR5uBqxHRHb-1yqDLIiloe/s320/23.png" /></a></div>tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-47162603419147191512010-06-17T01:00:00.001-07:002010-06-17T01:00:54.042-07:00Sifat oksigen sebagai komponen udara mengarah pada pengembangan teori flogiston pada proses pembakaran, yang sering terpikir oleh para ahli kimia selama satu abad. Oksigen telah dibuat oleh beberapa ahli, termasuk Bayen dan Borch, tetapi mereka tidak tahu cara mengumpulkannya. Mereka juga tidak mempelajari sifat-sifatnya dan tidak mengenali oksigen sebagai unsur dasar. Seorang ahli bernama Priestley dipuji karena penemuannya, meski Scheele juga menemukan oksigen secara bebas.<br />
Oksigen adalah unsur ketiga terbanyak yang ditemukan berlimpah di matahari, dan memainkan peranan dalam siklus karbon-nitrogen, yakni proses yang diduga menjadi sumber energi di matahari dan bintang-bintang. Oksigen dalam kondisi tereksitasi memberikan warna merah terang dan kuning-hijau pada Aurora Borealis.<br />
Oksigen merupakan unsur gas, menyusun 21% volume atmosfer dan diperoleh dengan pencairan dan penyulingan bertingkat. Atmosfer Mars mengandung oksigen sekitar 0.15%. dalam bentuk unsur dan senyawa, oksigen mencapai kandungan 49.2% berat pada lapisan kerak bumi. Sekitar dua pertiga tubuh manusia dan sembilan persepuluh air adalah oksigen<br />
Atmosfer berfungsi sebagai pelindung kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas ke ruang angkasa pada malam hari. Atmosfer juga merupakan penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak melaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.<br />
<br />
Kondisi dan manfaat gas dalam atmosfer antara lain:<br />
1. Nitrogen (N2) jumlahnya paling banyak, meliputi 78 bagian. Nitrogen tidaklangsung bergabung dengan unsur lain, tapi merupakan bagian dari senyawaorganik.<br />
2. Oksigen (O2) sangat penting bagi kehidupan, yaitu untuk mengubah zatmakanan menjadi energi hidup.<br />
3. Karbon dioksida (CO2) menyebabkan efek rumah kaca (greenhouse) transparan terhadap radiasi gelombang pendek dan menyerap radiasigelombang panjang. Dengan demikian kenaikan kosentrasi CO2 di dalamatmosfer akan menyebabkan kenaikan suhu di bumi.<br />
4. Ozon (O3) adalah gas yang sangat aktif dan merupakan bentuk lain darioksigen. Gas ini terdapat pada ketinggian antara 20 hingga 30 km. Ozondapat menyerap radiasi ultra violet yang mempunyai energi besar danberbahaya bagi tubuh manusia.<br />
Salah satu unsur yang penting dalam atmosfer adalah uap air.Uap air (H2O) sangat penting dalam proses cuaca atau iklim, karena dapat merubah fase (wujud) menjadi fase cair, atau fase padat melalui kondensasi<br />
dan deposisi. <br />
<br />
Uap air merupakan senyawa kimia udara dalam jumlah besar yang tersusundari dua bagian hidrogen dan satu bagian oksigen. Uap air yang terdapat diatmosfer merupakan hasil penguapan dari laut, danau, kolam, sungai dantranspirasi tanaman.Atmosfer selalu dikotori oleh debu. Debu adalah istilah yang dipakai untuk bendayang sangat kecil sehingga tidak tampak kecuali dengan mikroskop. Jumlahdebu berubah-ubah tergantung padatempat. Sumber debu beraneka ragam,yaitu asap, abu vulkanik, pembakaran bahan bakar, kebakaran hutan, smogdan lainnya. Smog singkatan dari smoke and fog adalah kabut tebal yang seringdijumpai di daerah industri yang lembab. Debu dapat menyerap, memantulkan,dan menghamburkan radiasi matahari. Debu atmosferik dapat disapu turun kepermukaan bumi oleh curah hujan, tetapi kemudian atmosfer dapat terisi partikel debu kembali. Debu atmosfer adalah kotoran yang terdapat di atmosfer.<br />
tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-51950912973727889212010-06-15T20:57:00.000-07:002010-06-15T20:57:26.476-07:00IPTEKSebuah angka dengan ajaib dapat menjelaskan keteraturan alam. Mulai dari ukuran wajah manusia hingga jumlah ranting dalam sebatang pohon. Tidak percaya ? Simak penjelasannya berikut <br />
<br />
<strong>Da Vinci Code</strong><br />
Da Vinci Code adalah sebuah novel yang ditulis oleh Dan Brown. Dalam salah satu babnya dijelaskan mengenai sebuah deretan angka ajaib yang dapat menjelaskan semua ukuran di muka bumi secara teratur. Angka ajaib tersebut adalah 1.6.<br />
<br />
Tidak percaya ? Coba hitung tinggi badan kalian dari atas kepala hingga ujung kaki, lalu bagi dengan tinggi badan kalian mulai dari pusar hingga ujung kaki. Hasilnya ? 1.6 : 1.<br />
<br />
Sekarang hitung panjang bahu kalian sampai ke ujung jari, lalu bagi panjang siku sampai ujung jari. Hasilnya ? 1.6 : 1. Hasil yang sama juga akan muncul jika kalian membagi jumlah lebah madu betina dengan jantan dalam sebuah koloni.<br />
<br />
<br />
<strong>Deretan Fibonanci</strong><br />
Kunci dari Da Vinci Code adalah deretan Fibonanci. Deretan Fibonanci adalah deretan angka yang menghasilkan angka 1.6. Deretan ini ditemukan secara tidak sengaja oleh Leonardo Fibonanci pada tahun 1175. Deretan angka-angka tersebut adalah 0,1,1,2,3,5,8,13,21,34, dan seterusnya.<br />
<br />
Deretan diatas diperoleh dengan menjumlahkan angka pertama dengan angka kedua. Contoh : 0+1=1 ; 1+1=2 ; 2+1=3 ;dan seterusnya. Lalu bagaimana deretan angka ini berhubungan dengan Da Vinci Code ? Begini, jika kalian membagi sebuah angka dari deretan Fibonanci dengan angka sebelumnya,maka hasilnya adalah 1.6. Contoh : 34/21=1.619....;21/13=1.615....; dan seterusnya.<br />
<br />
Deretan ini sangat bermanfaat jika kalian ingin membuat sebuah karya dengan proporsi yang benar, yaitu 1.6:1.<br />
<br />
<br />
<strong>Leonardo Da Vinci</strong><br />
Contoh karya-karya yang menggunakan konsep Da Vinci Code diantaranya adalah piramid. Namun,karya yang sangat terkenal yang menggunakan konsep Da Vinci Code adalah lukisan Monalissa karya Leonardo Da Vinci. Da Vinci adalah salah seorang seniman besar yang selalu menggunakan rasio 1.6:1 dalam setiap karyanya. Mungkin inilah sebabnya mengapa perbandingan angka 1.6:1 disebut juga dengan istilah Da Vinci Code.tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-79756024124952680252010-06-15T07:21:00.000-07:002010-06-15T07:31:07.903-07:00Pembuatan Katalis Ni/SiO2 Berbasis Abu Ketel Pabrik Gula<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="color: blue;">Pada umumnya hampir semua logam transisi dapat digunakan untuk katalis, karena logam transisi kaya akan elektron, telah mengisi orbital 3d dan memiliki elektron tidak berpasangan sehingga mudah berikatan dengan atom lain. Salah satunya adalah logam Ni yang mempunyai konfigurasi elektron [Ar] 3d</span><sup><span style="color: blue;">8</span></sup><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="color: blue;">4s</span><sup><span style="color: blue;">2</span></sup><span style="color: blue;"> yang banyak digunakan sebagai katalis hidrogenasi alkena (Cotton and Wilkinson, 1988 ; Jackson </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: blue;">et al, </span></i><span style="color: blue;">1999 ; Casula </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: blue;">et al</span></i><span style="color: blue;">, 2000 ; Wang and Lu, 1998 ; Kim </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: blue;">et al</span></i><span style="color: blue;">, 2004). </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="color: blue;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="color: blue;">Katalis logam nikel mempunyai aktivitas dan selektivitas yang baik dalam suatu reaksi, namun fasa aktif katalis nikel sendiri tidak memiliki permukaan yang luas, sehingga reaksi menjadi tidak efektif dan efisien karena tidak seluruh pusat aktifnya dapat mengadakan kontak dengan reaktan. Oleh karena itu, logam nikel perlu didistribusikan pada suatu permukaan padatan penyangga yang memiliki luas permukaan besar (Rodrigo </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: blue;">et al</span></i><span style="color: blue;">, 1992 ; Andersen </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: blue;">et al</span></i><span style="color: blue;">, 1993 ; </span><span style="color: blue;">Jackson </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: blue;">et al, </span></i><span style="color: blue;">1999 ; Casula </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: blue;">et al</span></i><span style="color: blue;">, 2000 ; Wang and Lu, 1998 ; Kim </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: blue;">et al</span></i><span style="color: blue;">, 2004</span><span style="color: blue;">). Bakri dkk. (2008) memperluas permukaan aktif Ni dengan cara mengimpregnasi logam Ni pada matriks silika gel yang disintesa dari kaolin.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="color: blue;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="color: blue;">Diketahui abu ketel (bagsse) pabrik gula berpotensi sebagai bahan baku pembuatan silika gel. Dari hasil analisa XRF terhadap abu bagasse diketahui bahwa dalam abu bagasse mengandung mineral–mineral yang berupa Si, K, Ca, Ti, V, Mn, Fe, Cu, Zn dan P. Kandungan yang paling besar dari mineral–mineral tersebut adalah silikon (Si) sebesar 55,5% (Iller, 1979 ; Affandi. dkk, 2009).</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="color: blue;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="color: blue;">Selain didorong karakteristik yang dipaparkan di atas, pemanfaatan silika sekam padi yang digagas dalam penelitian ini juga didorong oleh beberapa faktor pendukung yang relevan dengan gagasan penelitian. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="color: blue;">Di Indonesia setidaknya terdapat 64 buah pabrik gula yang saat ini masih beroperasi dengan berbagai</span><span style="mso-spacerun: yes;"><span style="color: blue;"> </span></span><span style="color: blue;">kapasitas dan menghasilkan sisa pembakaran bagasse pada boiler (ketel) berupa abu bagasse dalam jumlah yang sangat banyak. Jumlah produksi abu bagasse kira–kira 0,3% dari berat tebu, sehingga bila sebuah pabrik gula memiliki kapasitas 5000 ton perhari maka abu bagasse yang dihasilkan sebesar</span><span style="mso-spacerun: yes;"><span style="color: blue;"> </span></span><span style="color: blue;">15 ton perhari (Iller, 1979 ; Affandi. dkk, 2009). Beberapa langkah yang telah dilakukan untuk menangani limbah abu ketel pabrik gula tersebut antara lain: dibuat mortar (sitohang, 2009), dibuat sebagai pupuk kompos (syafrudin dan astuti, 2007), </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="color: blue;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="color: blue;">Dalam rangka meningkatkan nilai tambah abu ketel sekaligus ikut dalam upaya penanggulangan limbah padat pabrik gula tersebut, pada penelitian ini akan dibuat katalis Ni/SiO</span><sub><span style="color: blue;">2</span></sub><span style="color: blue;"> dengan cara impregnasi logam Ni pada matriks silika gel yang disintesis dari abu ketel pabrik gula. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="color: blue;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="color: blue;">Katalis Ni/SiO</span><sub><span style="color: blue;">2</span></sub><span style="color: blue;"> yang dihasilkan akan dikarakterisasi dengan XRD, IR, BET dan keasamannya, serta diuji coba pada reaksi hidrogenasi benzena menjadi siklo heksana.</span></div>tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-69055765850165517402010-06-15T02:38:00.000-07:002010-06-15T02:38:19.997-07:00demam piala duniapiala dunia tiba, demam bola mulai bergema..!<br />
antusias manusia yang menderu....!!<br />
apapun direlakan, dipersipkan, demi menyaksikan piala dunia!<br />
<br />
tapi, taukah bahwa sebentar lagi piala akhirat pun diselenggarakan..???<br />
"RAMADHAN"<br />
apapersiapan kita..????<br />
seantusias seperti piala duniakah,,,???<br />
atau tidak sama sekali,,???<br />
<br />
hari sudah masuk bulan rajab<br />
sudah saatnya demam ibadah digiatkan..<br />
semoga fastabiqulkhairat digencarkan,,,!!!!<br />
kemalasan didobrak,,,,<br />
semangat sambut ramadhan, bulan yang lebih baik dari seribu bulan,,,,!!!!tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-18137691709965879372009-11-20T19:39:00.000-08:002009-11-20T19:42:03.258-08:00jika cinta karena uang,<br />uang habis cinta pun hilang..<br /><br />jika cinta karena wajah,<br />wajah tua cinta pun hampa..<br /><br />namun jika cinta karena hati,<br />akan terbawa sampai mati..<br />itulah cinta sejati...tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-62745875539654946072009-11-20T19:21:00.000-08:002009-11-20T19:25:03.682-08:00cintajangan pernah menangis ketika kamu tidak dicintai seseorang,<br />tapi menangislah ketika kamu tidak bisa mencintai orang yang mencintaimu...<br /><br />memilih cinta jangan pernah berfikir kenapa kita mencintainya,<br />karena didunia ini kita bukan mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai...<br />tapi,,,<br />untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurnatomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-89845914265977054722009-11-20T19:15:00.000-08:002009-11-20T19:18:54.477-08:00math lovejika cinta adalah matematika, maka yang mencintai kita akan :<br />mengalikan kebahagiaan sampai tak terhingga,,,,<br />membagi kesedihan hingga tak berarti,,,,<br />menambah keyakinan hingga utuh,,,<br />mengurangi keraguan hingga habis,,,,<br /><br />para pencinta sejati tak suka berjanji,,,<br />namun,,<br />ketika mereka memutuskan untuk mencintai,,,<br />maka mereka akan segera membuat rencana untuk memberi,,,,,tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-2303868579429377732009-09-28T23:52:00.000-07:002009-09-29T00:09:03.105-07:00LAPORAN KERJA PRAKTEK<br /><br /><br />“ STUDI EKSPERIMEN PENGARUH <br />KONTAMINASI KEROSIN TERHADAP KUALITAS BAHAN BAKAR MINYAK JENIS BENSIN 88 ”<br /><br />DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN<br />MINYAK DAN GAS BUMI CEPU, JAWA TENGAH<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Disusun Oleh :<br /><br />TOMI SUTRISNO ( 0617011066 )<br /><br /><br />JURUSAN KIMIA<br />FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM<br />UNIVERSITAS LAMPUNG<br />BANDAR LAMPUNG<br />2009<br /><br /><br /><br />“ STUDI EKSPERIMEN PENGARUH KONTAMINASI KEROSIN TERHADAP KUALITAS <br />BAHAN BAKAR MINYAK JENIS BENSIN 88 ”<br /><br />3.1. PENDAHULUAN<br />3.1.1 Latar Belakang<br />Di Indonesia bahan bakar bensin premium merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat yang sebagian besar dikonsumsi untuk bahan bakar kendaraan bermotor yang menggunakan mesin bensin. Bensin motor atau bensin premium adalah campuran kompleks yang terutama terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, yang mempunyai daerah didih ASTM sekitar 40 – 180 °C.<br />Seiring dengan kebutuhan bahan bakar minyak di dalam negeri yang semakin meningkat sedangkan pasokan bahan bakar minyak ( BBM ) yang semakin terbatas, secara tidak langsung mengharuskan pemakaiannya yang secara tepat dan efisien.<br />Bahan bakar yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Migas No. 113.K/72/DJM/1999 tanggal 27 oktober 1999. Spesifikasi ini memberikan suatu batasan minimum dan maksimum dari suatu produk yang dibuat berdasarkan undang – undang dan pertimbangan kepentingan konsumen bahan bakar minyak (BBM) atau tipe – tipe mesin yang akan menggunakan serta kepentingan industry pengolahan minyak. Hal ini bertujuan agar mutu bahan bakar minyak yang dikonsumsi aman baik bagi konsumen maupun bagi lingkungan.<br />Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat - sifat bahan bakar minyak jenis bensin 88 yang terkontaminasi oleh kerosin dengan menentukan Research Oktane Number ( RON ), Washed Gum, Reid Vapor Pressure ( RVP ), Specific Gravity ( SG ), Copper Strip Corrosion, Uji Doctor, dan distilasi dengan standar ASTM. <br /><br />3.1.2 Batasan Masalah<br />Permasalahan yang akan dibahas pada tugas khusus ini adalah mempelajari spesifikasi dan dampak yang ditimbulkan akibat kontaminasi kerosin pada bahan bakar minyak jenis bensin 88.<br /><br />3.1.3 Tujuan<br />Tujuan yang ingin dicapai dari orientasi khusus ini adalah :<br />1. Melakukan pengujian sample bahan bakar minyak jenis bensin 88 dari pertamina menggunakan spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin 88 dengan standar ASTM.<br />2. Melakukan pengujian sample yang terkontaminasi kerosin menggunakan spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin 88.<br />3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat kontaminasi kerosin tersebut pada spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin 88.<br /><br />3.2 DASAR TEORI<br />3.2.1 Definisi Minyak Bumi<br />Teori yang menyatakan asal – usul minyak bumi adalah Organic Source Materials. Teori ini mengatakan binatang dan tumbuh - tumbuhan berakumulasi di dalam suatu tempat selama berjuta – juta tahun yang lalu.<br />Minyak bumi ( Bahasa Inggris : petroleum, dari bahasa latin petrous yang artinya karang dan oleum yang artinya minyak ) juga dikatakan sebagai emas hitam adalah cairan kental coklat gelap atau kehijauan yang mudah terbakar yang berada pada lapisan bagian atas dari beberapa area dari kerak bumi ( Gruce and Stevens, 1958 ) .<br />Minyak bumi,atau minyak mentah “crude oil” adalah bahan yang terdapat di dalam bumi, berupa senyawa kimia yang terdiri dari komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon. Minyak bumi berwarna hitam sampai coklat kehitam – hitaman, dalam bentuk cair dan terdapat gas – gas yang melarut di dalamnya, dengan berat jenis berkisar antara 0,8000 – 1,0000 (Mudjihardjo, 2003).<br />Sedangkan menurut Harun Nawawi yang dikutip oleh Mulyono (2004), minyak bumi didefinisikan sebagai gabungan dari berbagai macam senyawa hidrokarbon, sedikit mengandung garam – garam seperti NaCl, CaCl2, MgCl2, dan juga sedikit mengandung lumpur dan air yang terbawa dari sumur minyak ( Haryono, 1992 ). <br /><br />3.2.2 Komposisi Minyak Bumi<br />Senyawa minyak bumi tersusun dari hydrogen dan karbon menjadi hidrokarbon, juga terdapat senyawa lain yang mengandung sejumlah kecil belerang, nitrogen, oksigen, dan logam. Komposisi kimia dan fisis minyak bumi mentah sangat berfariasi, tetapi komposisi elementer pada umumnya terdiri dari : karbon (C) 83 – 87%, hydrogen (H) 10 – 14%, sulfur (S) 0,05 – 6%, oksigen (O) 0,05 – 1,5%, nitrogen (N) 0,1 – 2%, dan logam 10-5 – 10-2 % ( Gruce and Stevens, 1958 ) .<br />Sifat – sifat minyak bumi antara satu dengan yang lainnya berbeda – beda, dari yang ringan, encer sampai pada yang kental. Hal ini sangat bergantung pada jenis dan besarnya kandungan komponen didalam minyak bumi itu. Unsur – unsur tersebut keberadaannya di dalam minyak bumi dalam bentuk senyawaan hidrokarbon dan nonhidrokarbon.<br />A. Komposisi Hidrokarbon<br />Hidrokarbon adalah susunan molekul – molekul berbeda panjang dan kerumitan yang tersusun dari hydrogen dan karbon. Strukturnya yang bermacam – macam memberikan ciri dan fungsi yang berbeda pula. <br />Minyak bumi merupakan campuran dari beratus – ratus senyawaan hidrokarbon, yang dikelompokkan atas hidrokarbon parafin, naften, dan aromat, selain itu terdapat juga hidrokarbon campuran nafteno – aromatik.<br />1. Hidrokarbon Parafin<br />Merupakan hidrokarbon jenuh dengan ikatan sigma antara C – C dan C - H dengan struktur rantai atom C terbuka, mempunyai kestabilan yang tinggi sehingga sukar bereaksi dengan gas H2 ( hidrogenasi ) dan juga dengan gas O2 ( oksidasi ), dan mempunyai titik didih yang rendah dibanding naften dan aromat.<br />2. Hidrokarbon Naften<br />Merupakan hidrokarbon jenuh dengan ikatan sigma antara C – C dan C – H dengan struktur rantai atom C tertutup. Struktur molekulnya terdiri dari mononaften dan polinaften.<br />3. Hidrokarbon Aromatik<br />Merupakan hidrokarbon jenuh dengan ikatan sigma dan ikatan pi. Ikatan sigma terdapat pada ikatan C – C dan C – H sedang ikatan pi terdapat pada C = C.<br /><br />Komponen Nonhidrokarbon<br />Komponen non hidrokarbon, di dalam molekulnya disamping unsur karbon dan hydrogen, terdapat pula unsur – unsur lain, yaitu sulfur, oksigen, nitrogen, halogen, atau logam. Keberadaan unsur – unsur itu sebagian dalam bentuk senyawa organik, yaitu organik sulfur, organik nitrogen, organik oksigen, organik halogen, dan organik logam, sedangkan sebagian lagi dalam bentuk senyawa anorganik. Sebagai senyawa organik, keberadaannya melarut dalam minyak bumi, sedang sebagai senyawa anorganik tidak melarut dalam minyak bumi melainkan larut dalam air sebagai emulsi yang didalamnya terdapat garam – garam anorganik ( Mudjihardjo, 2003 ).<br />1. Senyawa Oksigen<br />Oksigen dalam minyak bumi berkadar antara 0,1% - 2%, kadar ini dapat naik jika minyak bumi kontak dengan udara dalam waktu yang cukup lama.<br />2. Senyawa Belerang<br />Didalam minyak bumi belerang mempunyai kadar 0,004% - 6%. Disamping sebagai senyawa belerang, didalam minyak bumi juga terdapat belerang dalam unsur belerang yang terlarut. Senyawa belerang yang umumnya terdapat dalam minyak bumi dan produk – produknya adalah :<br />- Hidrogen sulfit<br />- Markaptan<br />- Sulfit<br />- Disulfit<br />- Asam solfonat<br />3. Senyawa Nitrogen<br />Nitrogen dalam minyak bumi kadarnya berkisar antara 0,1% - 2%. Kadar nitrogen tergantung dari tinggi rendahnya kadar belerang dan aspal, semakin tinggi kadar belerang dan aspal, maka semakin tinggi pula kadar nitrogennya.<br />4. Senyawa Logam<br />Logam yang terdapat di dalam minyak bumi adalah besi, nikel, vanadium, dan arsen. Jumlahnya sedikit dan dapat bersifat racun. Dalam minyak bumi, senyawa logam terdapat dalam fraksi residu ( Gutrie, 1960 ).<br /><br />3.2.3 Produk Minyak Bumi<br />Pada umumnya minyak bumi dapat dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain : produk yang mudah menguap ( Liquified Petroleum Gases ), minyak ringan ( bensin, bahan bakar jet, zat pelarut, dan kerosin ), destilat (bahan bakar diesel dan minyak gas), gemuk ( grease ), malam ( paraffin ), dan residu.<br />Sebagian minyak mentah, kira – kira 90% termasuk dalam golongan minyak mentah dasar sempurna, sedangkan 10% lainnya termasuk dalam golongan minyak mentah dasar parafin dan aspal.<br />1. Liquied Petroleum Gases ( LPG )<br />LPG adalah gas minyak bumi yang dicairkan pada suhu biasa dengan tekanan sedang sehingga LPG dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cairan dibawah suatu tekanan. Komponen utama LPG adalah propana dan butana. Semua LPG mengandung sejumlah kecil belerang yang khusus ditambahkan untuk mengetahui adanya kebocoran gas. Indonesia menghasilkan dua jenis LPG, yakni propana dan campuran propana butana.<br /><br /><br />2. Bensin Motor<br />Bensin motor adalah campuran kompleks senyawa hidrokarbon yang mempunyai daerah titik didih ASTM 40 – 180 OC dan digunakan sebagai bahan bakar mesin pembakar dalam. Indonesia menghasilkan dua macam bensin, yaitu : bensin premium dengan angka oktan 88 serta berwarna kuning dan bensin pertamax dengan angka oktan 95 yang berwarna merah.<br /><br />3. Bahan Bakar Diesel<br />Bahan bakar diesel adalah fraksi minyak gas yang mendidih antara 175 – 370 oC yang digunakan sebagai bahan bakar diesel. Indonesia saat ini memproduksi dua macam bahan bakar diesel dengan kecepatan perputaran tinggi atau sedang dan bahan IDO untuk mesin diesel dengan kecepatan perputaran rendah.<br /><br />4. Minyak Pelumas<br />Minyak pelumas berguna untuk melumasi bagian – bagian mesin yang berkontak dan bergerak satu terhadap yang lain, sehingga menghindari terjadinya keausan.<br /><br />5. Gemuk ( grease )<br />Gemuk digunakan untuk mempertebal minyak pelumas. Minyak pelumas yang telah ditebalkan mempunyai konsistensi yang berbeda – beda dari keadaan setengah padat sampai padat.<br /><br />6. Malam ( paraffin )<br />Senyawa hidrokarbon yang tetrdapat didalam minyak bumi mempunyai jumlah atom 20 – 75 setiap molekulnya dan mempunyai titik lebur atom 90 – 130 oF atau lebih rendah, hampir seluruhnya terdiri dari hidrokarbon paraffin normal.<br /><br /><br />7. Aspal<br />Aspal adalah bitumen setengah padat berwarna hitam dan berasal dari minyak bumi. Aspal sebagian besar digunakan untuk melapisi saluran pipa sebagai bahan pelindung, kotak baterai, dan melapisi bawah mobil ( Haryono, 1992 ).<br /><br />3.2.4 Gasolin<br />1. Pengertian Gasolin<br />Bahan bakar motor adalah bahan bakar yang digunakan untuk motor, baik dua langkah maupun empat langkah. Disebut motor gasolin, disingkat mogas. Mogas yang sehari-hari disebut bensin adalah campuran kompleks hidrokarbon dari proses pengolahan minyak bumi dengan trayek didih antara 30 – 225 oC. Bahan bakar ini digunakan sebagai bahan bakar motor yang menggunakan busi spark ignation engine ( f-voi, 2008 ).<br />Gasolin adalah suatu senyawa organik yang dibutuhkan dalam suatu pembakaran dengan tujuan untuk mendapatkan energy / tenaga. Gasolin ini merupakan hasil dari proses destilasi minyak bumi (crude oil) menjadi fraksi – fraksi yang diinginkan. Bensin adalah campuran n – heptana dan iso – oktana dengan persentase tertentu.<br />Gasolin yang digunakan sebagai bahan bakar motor harus memenuhi beberapa spesifikasi. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pembakaran pada mesin dan mengurangi dampak negative dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar yang dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan kesehatan ( Mughofir, et.al,2006 ).<br /><br />2. Komposisi Utama Bahan Bakar Bensin ( Gasolin )<br />Gasolin adalah campuran komplek hidrokarbon yang mempunyai titik didih di bawah 180 oC, atau umumnya di bawah 200 oC. Konstituen gasolin terdiri dari struktur molekul C4 – C12, terdiri dari paraffin, olefin, naften, dan aromatik ( Mudjirahardjo, 2003 ).<br />Gasolin yang digunakan sebagai bahan bakar harus memiliki nilai oktan yang cukup tinggi dan tidak memiliki kandungan bahan – bahan berbahaya seperti timbal, sulfur, senyawa – senyawa nitrogen, yang dapat menimbulkan efek kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan.<br /><br />3. Sifat Fisika dan Kimia Bensin<br />Pada dasarnya spesifikasi bensin mengatur parameter – parameter tertentu sesuai dengan yang diperlukan oleh gasolin dalam penggunaannya. Parameter – parameter tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni :<br />a.Sifat Pembakaran<br />Karakteristik utama yang diperlukan dalam gasolin adalah sifat pembakarannya. Sifat pembakaran ini biasanya diukur dengan angka oktan. Angka oktan merupakan kecenderungan gasolin untuk mengalami pembakaran tidak normal yang timbul sebagai ketukan mesin. Semakin tinggi angka oktan suatu bahan bakar, semakin berkurang kecenderungannya untuk mengalami ketukan dan semakin tinggi kemampuannya untuk digunakan pada rasio kompresi tinggi. Angka oktan diukur dengan mesin baku yakni mesin CFR (Cooperative Fuel Research) yang dioperasikan pada kondisi tertentu, dimana bahan bakar dibandingkan dengan bahan bakar rujukan yang terbuat dari n – heptana (angka oktan 0) dan iso oktana ( angka oktan 100 ).<br />Ada dua metode yang digunakan untuk mengukur angka oktan, yakni angka oktan riset ( RON ) yang memberikan gambaran mengenai unjuk kerja dalam kondisi pengendaraan biasa dan angka oktan motor (MON) yang memberikan gambaran mengenai unjuk kerja dalam kondisi pengendaraan yang lebih berat.<br />Untuk mendapatkan bensin dengan angka oktan tinggi, maka dilakukan dengan cara – cara sebagai berikut :<br />1. Memilih minyak bumi yang mempunyai kandungan aromat tinggi dalam trayek didih bensin.<br />2. Meningkatkan kandungan aromatik melalui pengolahan reformasi, atau alkana bercabang, atau olefin bertitik didih rendah.<br />3. Menambah aditif peningkat angka oktan seperti timbal alkil, biasanya timbal tetra etil ( TEL ) dan timbal tetra metal ( TML ).<br />4. Menggunakan komponen berangka oktan tinggi sebagai ramuan, misalnya alkohol atau eter.<br />Nilai oktan yang harus dimiliki oleh gasolin yang digunakan sebagai bahan bakar ditampilkan dalam table berikut :<br />No Jenis Bensin Angka Oktan Minimum Kandungan Timbal<br />1 Premium 88 88 RON 0,3 g/L<br />2 Premix 94 94 RON 0,3 g/L<br />3 Super TT 95 RON 0,005 g/L<br />4 Prima TT 98 RON 0,005 g/L<br />Table 3.1, bilangan oktan beberapa bahan bakar minyak<br /><br />b.Sifat Volatilitas<br />Ada tiga sifat volatilitas yang biasa digunakan dalam spesifikasi bensin/gasoline, antara lain : kurva destilasi, tekanan uap, dan perbandingan V/L. Dua parameter pertama digunakan dalam spesifikasi bensin di Indonesia, sedangkan parameter ketiga belum digunakan di Indonesia. Kurva destilasi dihasilkan dari destilasi gasolin menurut metode baku ASTM. Kurva destilasi ASTM berkaitan dengan masalah operasi dan unjuk kerja kendaraan bermotor. Bagian ujung depan kurva destilasi berkaitan dengan kemudahan mesin dinyalakan pada waktu dingin, pernyalaan pada waktu panas dan kecenderungan mengalami pembentukan es pada karbu kabilator. Bagian ujung belakang kurva berkaitan dengan masalah pembentukan getah bensin/gasolin, pembentukan endapan diruang bakar dan busi serta pengenceran terhadap miyak pelumas. Sedangkan bagian tengah berkaitan dengan daya dan percepatan, kemulusan operasi serta konsumsi bahan bakar.<br /><br />c.Sifat Stabilitas dan Kebersihan<br />Bensin/gasolin harus bersih, aman, tidak rusak dan tidak merusak dalam penyimpanan dan dalam pemakaiannya. Parameter spesifikasi yang berkaitan dengan ini adalah zat getah, korosi, dan berbagai uji tentang kandungan senyawa belerang yang bersifat korosif. Bensin yang diuapkan biasanya meninggalkan sisa berbentuk getah padat yang melekat pada permukaan saluran dan bagian – bagian mesin. Apabila pengendapan ini terlalu banyak, kemulusan operasi mesin dapat terganggu. Selain getah yang sudah ada sejak awal dalam bensin, getah juga dapat terbentuk karena komponen – komponen bensin bereaksi dengan udara selama penyimpanan. Hidrokarbon jenuh mempunyai kecenderungan untuk mengalami pembentukan getah bensin.<br /><br />3.2.5 Kerosin<br />Trayek didihnya 205 – 260 oC, mempunyai flash point diatas 25 oC, banyak digunakan untuk penerangan lampu. Terdiri dari senyawa hidrokarbon jenuh, harus bebas dari aromatik dan hidrokarbon tak jenuh dan sebaiknya dengan kandungan sulfur serendah mungkin. Struktur molekul hidrokarbon terdiri dari C12 – C16 per molekulnya. Disamping hidrokarbon jenuh, mengandung pula senyawa – senyawa sebagai berikut : tetrahidro naphtalena, disikloparafin, indan tersubstitusi yaitu gabungan antara aromatik dengan siklo, naphtalena yaitu aromatik di inti, dan biphenyl yaitu dua inti aromatik terisolasi ( Mudjirahardjo, 2003 ). <br /> Salah satu sifat yang terpenting bagi kerosin adalah bahwa kerosin harus dapat memberikan intensitas terang nyala yang tinggi dan sedikit mungkin memberikan asap yang dapat mengganggu lingkungan. Titik asap ialah tinggi nyala maksimum dalam milimeter dimana kerosin yang dibakar dengan menggunakan lampu uji baku tidak memberikan asap. Makin tinggi titik asap,makin baik mutu kerosin. Asap yang timbul pada pembakaran kerosin disebabkan oleh senyawa aromat ( Sulistiowati, 2005 ).tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-65762912412286249902009-09-11T22:37:00.000-07:002009-09-11T22:38:01.949-07:00kata - kata himahSiapakah orang yang sibuk ?<br />Orang yang sibuk adalah orang yang tidak mengambil berat akan waktu solatnya seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a.s<br /><br />Siapakah orang yang manis senyumanya?<br />Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang ditimpa musibah lalu dia kata "Inna lillahi wainna illaihi rajiuun." Lalu sambil berkata,"Ya Rabbi Aku redha dengan ketentuanMu ini", sambil mengukir senyuman.<br /><br />Siapakah orang yang kaya?<br />Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak lupa akan kenikmatan dunia yang sementara ini.<br /><br />Siapakah orang yang miskin?<br />Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada sentiasa menumpuk numpukkan harta.<br /><br />Siapakah orang yang rugi?<br />Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikan.<br /><br />Siapakah orang yang paling cantik?<br />Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.<br /><br />Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas?<br /><br />Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal-amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan saujana mata memandang.<br /><br />Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit?<br /><br />Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikkan lalu kuburnya menghimpitnya.<br /><br />Siapakah orang yang mempunyai akal?<br />Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak kerana telah mengunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka.tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-61963569743535865362009-05-29T06:23:00.000-07:002009-05-29T06:26:50.315-07:00noisoroc laiborcimMICROBIAL CORROSION<br />(Tugas Makalah Matakuliah Kimia Lingkungan)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Oleh<br /><br />Kelompok 4<br /><br />1. Lince Dameria N. NPM. 0617011008<br />2. Yulistia Anggraini NPM. 0617011017<br />3. Tomi Sutrisno NPM. 0617011066<br />4. Voni A. NPM. 0517011059<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />JURUSAN KIMIA<br />FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM<br />UNIVERSITAS LAMPUNG<br />2009<br /><br /><br /><br /><br />1. PENDAHULUAN<br /><br />1.1. Latar Belakang<br /><br />Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. Bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.<br /><br />Korosi yang diakibatkan oleh mikroba tidak hanya tejadi pada logam saja namun juga pada bahan yang lain seperti kayu, jenis plastik tertentu, karet dan bahkan juga terjadi pada beton. Tidak semua kegiatan mikroba mengakibatkan korosi. Beberapa jenis mikroba merusak bahan tanpa mengurangi massa bahan tesebut, namun mengubah sifat fisik maupun kimianya. Kegiatan mikroba yang menimbulkan korosi tidak mudah untuk segera dapat dideteksi, karena memerlukan penelitian yang berkaitan dengan korosi lain. Korosi tersebut biasanya terjadi juga bersama-sama dengan proses korosi oleh kegiatan lain seperti korosi kimia, mekanik, atau yang lain. Meskipun tidak semua, namun banyak jenis bakteri, fungi, dan algae merupakan mikroba penyebab korosi. Dari berbagai jenis mikroba tersebut, bakteri merupakan penyebab korosi yang utama, sedang produk kegiatan algae dan protozoa dapat membentuk lingkaran yang justru menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri.<br /><br />Wakerley (1979) memperkirakan bahwa, sekitar 10% kerugian korosi logam di inggris langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh mikroba. Di amerika serikat kerugian oleh korosi mikroba pada pipa di dalam tanah berkisar antara US$ 500-2000 juta setiap tahun (crombie at al, 1980). Melihat keadaan iklim dan kelembaban udara di indonesia lebih tinggi dibanding dengan di eropa maupun di amerika serikat.<br /><br />Selain itu, korosi yang dipengaruhi oleh mikrobiologi (MIC) telah banyak menimbulkan masalah di dalam industri minyak dan gas, karena banyak mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Bakteri Pereduksi Sulfat (SRB) adalah mikroorganisme yang secara langsung maupun tidak langsung merupakan penyebab korosi mikrobiologi.<br /><br />Pernah juga diketemukan produk korosi (karat-karat besi) cukup banyak bersama-sama segerombolan bakteri di suatu tempat dalam sistem water treatment suatu Perusahaan di Bontang. Hal ini cukup memusingkan Bapak-Bapak di Biro Jastek, Biro Istek, dan personal terkait yang menangani sistem water treatment tersebut. Bagaimana tidak, karena unit pengolahan air menjadi salah satu sumber kehidupan yang vital bagi hampir semua karyawan dan penduduk disekitarnya (untuk mandi, minum, dsb). Pertanyaan sekarang adalah mengapa segerombolan makhluk hidup kecil tersebut dapat hidup dan menyebabkan korosi?<br /><br />1.2. Tujuan Penulisan<br /><br />Adapun tujuan penulisan artikel ini ditujukan agar mahasiswa lebih mengetahui bahaya korosi oleh bakteri di lingkungan bebas, baik air, udara, dan tanah di lingkungan sekitar.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />II. ISI<br /><br />2.1 Pengertian Korosi<br /><br />Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan<br />menyebabkan timbulnya aliran-aliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang<br />lain pada permukaan metal. Secara garis besar korosi ada dua jenis yaitu :<br />1. Korosi Internal, yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO2 dan H2S pada lingkungan, sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan membentuk asam yang merupakan penyebab korosi.<br />2. Korosi Eksternal, yaitu korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak dengan udara bebas dan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara dari tanah.<br /><br />2.2. Mikrobial Korosi<br /><br />Mikrobial korosi disebut juga bakterial korosi (bacterial corrosion), bio-korosi (bio-corrosion), korosi yang dipengaruhi secara mikrobiologi (microbiologically-influenced corrosion) atau korosi yang diakibatkan oleh mikroba (microbially-induced corrosion atau MIC). Mikrobial korosi merupakan korosi yang disebabkan oleh mikroorganisme, biasanya oleh kemoautotrof. Hal ini dapat terjadi baik pada logam maupun non logam.<br /><br />Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaannya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.<br /><br />Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan.Mmikroorganisme umumnya berasosiasi dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit, yang disebut lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.<br /><br />Biofilm terbentuk karena adanya interaksi antara bakteri dan permukaan yang ditempeli. Interaksi ini terjadi dengan adanya faktor-faktor yang meliputi kelembaban permukaan, makanan yang tersedia, pembentukan matrik ekstraseluller (exopolimer) yang terdiri dari polisakarida, faktor-faktor fisikokimia seperti interaksi muatan permukaan dan bakteri, ikatan ion, ikatan Van Der Waals, pH dan tegangan permukaan serta pengkondisian permukaan. Dengan kata lain terbentuknya biofilm adalah karena adanya daya tarik antara kedua permukaan (psikokimia) dan adanya alat yang menjembatani pelekatan (matrik eksopolisakarida<br /><br />Lapisan film berupa biodeposit ini biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte.<br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br />Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :<br />1. Bakteri reduksi sulfat (Sulphate Reducing Bacteria (SRB))<br />Pada kondisi anaerobik, beberapa bakteri dapat mereduksi ion sulfat untuk menghasilkan oksigen dan ion sulfida. Ion sulfida bergabung dengan ion fero membentuk besi sulfida. Permukaan logam terlarut.oksigen bereaksi dengan hidrogen membentuk molekul air.<br />Beberapa bakteri pereduksi-sulfat menghasilkan hidrogen sulfida yang dapat menyebabkan retakan sulfida. Acidithiobacillus thiooxidans (bakteri penghasil asam sulfat adalah bakteri yang sering menyebabkan kerusakan pada pipa pembuangan. Ferrobacillus ferrooxidans secara langsung dapat mengoksidasi besi menjadi besi oksida dan besi hidroksida. Banyak bakteri lain yang memproduksi asam organik dan asam mineral atau amonia.<br /><br />Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S atau Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvat untuk memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen. Salah satu spesies SRB adalah Desulfovibrio desulfuricans yang memperoleh energi dengan mereduksi sulfat dan pada saat yang bersamaan mengoksidasi bahan organik.<br /><br />Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut (kenneth, 1969) :<br />NC + MSO4 + H2O → M(Ac)2 +CO2 + H2S (8)<br />Dimana, C adalah bahan organik dan M adalah logam. Reaksi ini berjalan melalui hydrogen sulfat oleh enzim hidrogenase.<br />H2SO4 + 8H → H2S + 4H2O (9)<br /><br />Pada suasana asam hidrogen yang diperlukan pada polarisasi katoda dapat<br />digunakan untuk reaksi (9) sehingga terjadi proses dipolarisasi katode dan<br />menyebabkan lebih banyak besi telarut.<br /><br />Secara umum dapat disumpulkan bahwa oleh SRB :<br />• Terjadi pada lingkungan anaerob dan memerlukan air.<br />• Tidak merat pada keseluruhan logam tetapi membentuk pitting (lubanglubang kecil) pada logam.<br />• Pada besi cor akan membentuk endapan karbon.<br />• Menghasilkan ferrosulfida (kadang-kadang terdapat juga belerang) sebagai produk metabolisme.<br /><br />Bakteri anaerob pereduksi sulfat (sulphate reducing bacteria / SRB) akan menyebabkan korosi pada struktur baja yang ditimbun dalam tanah, dengan pembentukan lapisan tak protektif seperti FeS dan Fe2O3.H2O. , bila SRB pada awalnya tidak aktif. Bila SRB aktif sejak awal, maka produk korosi yang terbentuk adalah FeS dan sedikit FeCO3, pada pH 7 .<br />Mikroba ini menyebabkan terjadinya proses korosi dengan bentuk serangan korosi merata, sumuran, ataupun sel konsentrasi. Mekanisma korosi oleh bakteri dapat dikelompokkan dalam proses-proses berikut :<br />1. Memproduksi sel aerasi diferensial. <br />2. Memproduksi metabolit korosif.<br />Interferensi terhadap proses katodik dalam kondisi bebas oksigen. <br /> <br />Kuhr dan Vlught menyebutkan bahwa korosi oleh SRB dalam lingkungan anaerob dan netral, reaksi katodiknya tidak mungkin berupa reduksi O2 ataupun reduksi H+. Namun serangan korosi yang terjadi bisa sangat parah, berarti ada reaksi katodik lain yang berlangsung, yang melibatkan SRB. Di sini SRB menggunakan hidrogen katodik untuk reduksi dissimilasi sulfat menurut reaksi sebagai berikut :<br />Reaksi anodik : 4 Fe 4 Fe2+ + 8 e-<br />Dissosiasi air : 8 H2O 8 H+ + 8 OH-<br />Reaksi katodik : 8 H+ + 8 e- 8 Ho<br /><br />Berikut depolarisasi Katodik oleh Bakteri Pereduksi Sulfat :<br />SO42- + 8 Ho S2- + 4 H2O<br /><br />Produk korosi yang dihasilkan dari reaksi di atas: <br />Fe2+ + S2- FeS dan 3 Fe2+ + 6 OH- 3 Fe(OH)2<br /><br /><br />Reaksi Keseluruhan :<br />4 Fe + SO42- + 4 H2O 3 Fe(OH)2 + FeS + 2 OH-<br /><br />Salah satu species pendukung korosivitas SRB adalah bakteri besi berfilamen. Organisma ini mengoksidasi besi yang terlarut di dalam larutan menjadi ferric hydrate yang tak larut yang membentuk sarung yang menutupi sel-sel dan memproduksi semacam batang yang berbentuk filamen. <br /><br /> <br />E-SEM Photomicrograph showing likely SRB cocci<br /><br />2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida (Sulphur Oxydising Bacteria (SOB)<br />Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam. Sifat korosif ini akan diperberat pada lingkungan pH yang rendah, akibatnya akan terjadi reaksi dengan besi membentuk ferrosulfida. Dengan demikian reaksi keseluruhan menjadi.<br />4Fe + SO4- + 4H2O → FeS + 3Fe(OH)2 +2OH (10)<br /><br />Ferrosulfida dapat dioksidasi menjadi ion ferri, dan dimanfaatkan oleh bakteri pengoksidasi belerang (SOB) sehingga korosi dapat lebih parah lagi. Oleh sebab itu korosi akan menjadi lebih besar apabila terjadi perubahan kondisi erob dan anaerob berganti-ganti pada suatu tempat.<br /><br />3. Bakteri besi mangan oksida<br />Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+, Fe3+ dimana deposit berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang. Varietas ini bersifat aerob dan akan menghabiskan oksigen yang ada di bawah tubercles (tuberkel). Di dalam endapan lendir terdapat bakteri berfilamen yang hidup bersama-sama dengan bakteri pereduksi sulfat, dan bergabung dengan produk korosi dari stainless steel.<br /><br /> <br /> <br />E-SEM Photomicrograph showing likely<br />IRB rods at MIC corrosion site<br /><br />Masalah bio-korosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variabel-variabel yaitu :<br />a) Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi tergantung karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum untuk tumbuh yang berlainan.<br />b) Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu sedangkan kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat.<br />c) pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme mikroorganisme.<br />d) Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun pada Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini mengubah metabolismenya menjadi bakteri anaerob.<br />e) Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.<br /><br />Pugh(1982), mengatakan bahwa kerusakan bahan dapat disebabkan oleh agensia biotik atau abiotik tergantung dari keadaan lingkungannya. Kerusakan logam oleh bakteri belerang dapat terjadi dalam lingkungan aerob dan anaerob.<br /><br />Umumnya rnikroorganisme terlibat pada proses korosi dalam dua cara, yaitu :<br /> Adanya pertumbuhan dan basil metabolisme dalarn bentuk asarn, alkalis dan ion-ion lain yang menyebabkan lingkungan jadi korosif.<br /> Mikroba masuk langsung kedalam salah satu reaksi elektrokimia pacta permukaan substrat sehingga mempercepat terjadinya reaksi potensial pada elektroda.<br /><br />2.3 Inhibisi pada Microbial Corrosion<br />Inhibisi korosi merupakan pelambatan reaksi korosi dan ini biasanya ditunjukkan oleh substansi (inhibitor korosi) yang ketika ditambahkan sejumlah kecil dalam lingkungan , menurunkan laju serangan lingkungan pada logam. Salah satu inhibitor korosi mikrobiologis yang umum digunakan di industri ialah natrium hipoklorit. Natrium hipoklorit juga diketahui mampu menghambat metabolisme bakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari keefektifan natrium hipoklorit dalam menginhibisi korosi mikrobiologis baja oleh sulfate-reducing bacteria (SRB) dan menentukan dosis optimum natrium hipoklorit sebagai inhibitor korosi tanpa membahayakan lingkungan.<br /><br /><br /><br /><br /><br />III. KESIMPULAN<br /><br />Berdasarkan penulisan ini, dapat disimpulkan bahwa:<br />1. Microbial corrosion adalah korosi yang disebabkan oleh mikroorganisme.<br />2. Mikroba seperti ganggang, jamur dan bakteri dapat menyebabkan korosi.<br />3. Jenis Bakteri yang dapat menyebabkan korosi antara lain: Sulphate reducing-bacteria (SRB), Sulphur Oxydising Bacteria (SOB), Bakteri besi mangan oksida.<br />4. Microbial corrosion dapat dihambat dengan menggunakan suatu inhibitor korosi, salah satunya adalah natrium hipoklorit.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /> Aiba, S., Humprey, A.W., dan Millis, N.E., 1965, “Biochemical Engineering”, Academic Press, new York.<br /><br />Dexter SC, Duquette DJ, Siebert OW, Videla HA. 1991. Use and limitations of electrochemical techniques for investigating microbiological corrosion. Corrosion 47:308-318<br /><br />Sharpley, J.M., 1956. “Elementary Petroluem Microbiology”, Gulf Publishing Coy., Houston.<br /><br />Hamilton WA. 1985. Sulfate-Reducing Bacteria and Anaerobic Corrosion. Annu Rev Microbiol 39:195-217<br /><br />King RA, Miller JDA. 1971. Corrosion by Sulphate-Reducing Bacteria, Nature 233:491-492<br /><br />Licina GJ. 2001. Monitoring Biofilms on Metallic Surfaces in Real Time. Paper No. 01442, Corrosion 2001, NACE International, Houston, TX<br /><br />Westlake DWS,Voordouw G, Jack TR. 1993. Use of Nucleic Acid Probes in Assessing the Community Structure of Sulphate-Reducing Bacteria in Western Canadian oil field fluids, Proceedings 12th International Corrosion Congress, NACE International, Houston, TX, 3794-3802<br /><br />Smith, C.A., 1981, “The microbiology of Corrsion”, anti Corrotion journal.tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-5447822666352252852009-05-25T05:14:00.000-07:002009-05-25T05:15:38.591-07:00<p><object width="426" height="320" data="http://i297.photobucket.com/albums/mm208/razidoank2008/friendsterfs.swf" type="application/x-shockwave-flash"><param name="movie" value="http://i297.photobucket.com/albums/mm208/razidoank2008/friendsterfs.swf" /><param name="allowscriptaccess" value="never" /><param name="allownetworking" value="internal" /><param name="quality" value="high" /><param name="scale" value="noscale" /><param name="salign" value="l" /><param name="wmode" value="transparent"/><!--[if IE]><embed src="http://i297.photobucket.com/albums/mm208/razidoank2008/friendsterfs.swf" type="application/x-shockwave-flash" width="425" height="350" allowscriptaccess="never" allownetworking="internal" quality="high" scale="noscale" salign="l" wmode="transparent" /><![endif]--></object><br><a title="get more indo mp3 player at www.musik-live.net" href="http://www.musik-live.net/">Free Indo Flash Mp3 Player at musik-live.net</a></p>tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-88385211209527064582009-05-18T05:58:00.000-07:002009-05-18T06:03:41.395-07:00Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu.Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam. Sebagaimana kita ketahui ada mineral yang berbentuk :<br />· Lempeng<br />· Tiang<br />· Limas<br />· Kubus<br />Batu permata kalau ditelaah adalah merupakan campuran dari unsur-unsur mineral.Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (mis kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.<br /><br />Mineral termasuk elemen dasar yang di temukan di alam.Mineral esensial membantu tubuh manusia berfungsi dengan baik ,misalnya,boron menjaga gigi dan tulang tetap sehat dan juga membantu metabolisme .Mineral yang terdapat dalam tumbuhan obat (herbal) dapat di gunakan mengobati penyebab yang mendasarinya.Dan selama ribuan tahun telah di gunakan dengan sukses di seluruh dunia untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit.Kaya akan mineral , vitamin, dan antioksidan.<br /><a name="Kristal"></a>Kristal<br />Kristal adalah sebuah benda yang <a title="Homogen (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Homogen&action=edit&redlink=1">homogen</a>, berbentuk sangat geometris dan atom-atomnya tersusun dalam sebuah kisi-kisi kristal,karena bangunan kisi-kisi kristal tersebut berbeda-beda maka sifatnya juga berlainan. Kristal dapat terbentuk dalam alam (mineral) atau di laboratorium. Kristal artinya mempunyai bentuk yang agak setangkup (symetris) dan yang pada banyak sisinya terbatas oleh bidang datar, sehingga memberi bangin yang tersendiri sifatnya kepada mineral yang bersangkutan.Benda padat yang terdiri dari atom-atom yang tersusun rapi dikatakan mempunyai struktur kristalen. Dalam suasana yang baik benda kristalen dapat mempunyai batas bidang rata-rata & benda itu dinamakan kristal (HABLUR) & bidang rata itu disebut muka krsital.<br />Ada 32 macam gelas kristal yang dipersatukan dalam 6 sistem kristal, yaitu:<br />REGULER, Kubus atau ISOMETRIK ketiga poros sama panjang dan berpotongan tegak lurus satu sama lain (contoh : intan, pirit, garam batu)<br />TETRAGONAL (berbintang empat) ketiga poros tegak lurus satu sama lain, dua poros sama panjang sedangkan poros ketiga berbeda (contoh chalkopirit, rutil, zircon).<br />HEKSAGONAL (berbintang enam) Hablur ini mempunyai empat poros, tiga poros sama panjang dan terletak dalam satu bidang, bersilangdengan sudut 120 derajat (60 derajat), tetapi poros ke-empat tegak lurus atas bidang itu dan panjangnya berbeda (contoh apalit, beryl, korundum).<br />ORTOROMBIS (irisan wajik) ketiga poros tidak sama panjang du poros berpotongan siku-siku dan poros ketiga memotong miring bidang kedua poros tadi (berit, belerang, topaz)<br />MONOKLIN (miring sebelah) ketiga poros tidak sama panjang, dua dari porosnya berpotongan sorong & poros ketiga tegak lurus atas kedua poros tadi (gips, muskovit, augit)<br />TRIKLIN (miring, ketiga arah) ketiga poros tidak sama panjang dan berpotongan serong satu sama lain(albit, anortit, distin)<br />Bentuk kristal dibagi dalam 6 tata hablur yang didasarkan:<br />· perbandingan panjang poros – poros hablur<br />· besarnya sudut persilangan poros – poros hablur<br /><a name="Garis"></a>Garis<br />kristal / mineral yang mempunyai kekerasan < 7 jika digosokkan pada lempengan porselin yang kasar biasanya meninggalkan ditempat penggosokan tsb suatu garis yang karakteristik dan seringkali berwarna lain dari mineral itu sendiri.<br />· Pirit yang warnanya kuning emas meninggalkan garis hitam.<br />· Hematit (Fe2O3) yang berkilap kelogam – logaman atau memberigaris merah darah<br />· Fluisvat memberikan garis putih (mineral yang berwarna terang tetapi memberi garis putih)<br /><a name="Skala_Kekerasan_MOH.27s"></a>Skala Kekerasan MOH's<br />Kekerasan adalah sebuah sifat fisik lain, yang dipengaruhi oleh tata letak intern dari atom. Untuk mengukur kekerasan mineral dipakai Skala Kekerasan MOHS (1773-1839).<br />Talk, mudah digores dengan kuku ibu jari<br />GIPS, mudah digores dengan kuku ibu jari<br />Kalsit, mudah digores dengan pisau<br />Fluorit, mudah digores dengan pisau<br />Apatit, dapat dipotong dengan pisau (agak sukar)<br />Ortoklas, dapat dicuwil tipis-tipis dengan pisau dibagian pinggir<br />Kwarsa, dapat menggores kaca<br />Topaz, dapat menggores kaca<br />Korundum, dapat mengores topaz<br />Intan, dapat menggores korundum<br />Bentuk Kristal Intan ialah benda padat besisi delapan (OKTAHEDRON)<br />K = 1 : Talk/Silikat magnesia yang mengandung air<br />K = 2 : Gips (CaSO4), batu tahu<br />K = 3 : Kalsit (CaCo3)<br />K = 4 : Vluispat (CaF2)<br />K = 5 : Apatit mengandung chloor<br />K = 6 : Veldspat, kaca tingkap<br />K = 7 : Kwarsa, pisau dari baja<br />K = 8 : Topas; Silikat alumunium yang mengandung borium, batu permata<br />K = 9 : Korsum (Al2O3 dalam corak merah, batu permata delima, corak biru batu nilam/safir)<br />K = 10 : intan batu permata<br />Masing-masing mineral tersebut diatas dapat menggores mineral lain yang bernomor lebih kecil dan dapat digores oleh mineral lain yang bernonor lebih besar. Dengan lain perkataan SKALA MOHS adalah Skala relative. Dari segi kekerasan mutlak skala ini masih dapat dipakai sampai yang ke 9, artinya no. 9 kira-kira 9 kali sekeras no. 1, tetapi bagi no. 10 adalah 42 kali sekeras no. 1<br />Warna<br />Disini warna merupakan sifat pembawaan disebabkan karena ada sesuatu zat dalam permata sebagai biang warna (pigment agent) yang merupakan mineral-mineral yaitu : belerang warnanya kuning; malakit warnanya hijau; azurite warnanya biru; pirit warnanya kuning; magatit warnanya hitam; augit warnanya hijau; gutit warnanya kuning hingga coklat; hematite warnanya merah dsbnya.<br />Ada juga mineral yang mempunyai warna bermacam-macam dan diistilahkan allokhromatik, hal ini disebabkan kehadiran zat warna (pigmen), terkurungnya sesuatu benda (inclusion) atau kehadiran zat campuran (Impurities). Impurities adalah unsur-unsur yang antara lain terdiri dari Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan biasanya tidak hadir dalam campuran murni, unsur-unsur yang terkonsentrasi dalam batu permata rendah.<br />Diperoleh dari "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_mineral">http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_mineral</a>"<br /><br />Tembaga (Cu)<br /><br />Tembaga dengan nama kimia cuprum dilambangkan dengan Cu, berbentuk kristal dengan warna kemerahan dan di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam tabel periodik unsur- unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom 29 dan mempunyai bobot 63.456 (Palar, 1994). Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, liat, dan melebur pada suhu 1038°C. Senyawa-senyawa yang dibentuk oleh logam tembaga mempu-nyai bilangan valensi yang dibawanya. Logam tembaga juga dinamakan cupro untuk yang bervalensi +1 dan cupri yang bervalensi +2. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air (Vogel, 1985).<br />Logam tembaga dan beberapa bentuk persenyawaanya seperti CuO, CuCO3, Cu(OH)2, dan Cu(CN)2 tidak dapat larut dalam air dingin atau air panas, tetapi dapat dilarutkan dalam asam. Logam tembaga itu sendiri dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat panas, dan dalam larutan basa NH4OH (Palar, 1994). Tembaga banyak diguna-kan pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, sebagai alloy dengan perak (Ag), kadmium (Cd), timah putih dan seng (Zn) (Dharmono, 1995).<br />Toksisitas yang dimiliki oleh tembaga baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai toleransi organisme terkait (Palar, 1994). Setiap studi toksikologi yang pernah dilakukan terhadap penderita keracunan tembaga hampir semuanya meninjau metabolisme tembaga yang masuk ke dalam tubuh secara oral. Pada saat proses penyerapan bahan makanan yang telah diolah di lambung, tembaga yang ada ikut terserap oleh darah. Darah selanjutnya akan membawa tembaga ke dalam hati (tempat penyimpanan tembaga yang paling besar dalam tubuh manusia), kemudian tembaga dikirim dalam kandung empedu dan dikeluarkan kembali ke usus untuk selanjutnya dibuang melalui feces (Palar, 1994). Pada manusia dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala ginjal, hati, muntaber, pusing, lemah, anemia, kram, kovulsi, shock, koma, dan dapat menyebabkan penderita meninggal. Dalam dosis rendah dapat menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan dan peralatan dapur (Palar, 1994).<br />Adapun beberapa reaksi-reaksi ion Cu2+ yaitu sebagai berikut (Vogel, 1985):<br />1. Natrium hidroksida dalam larutan dingin akan terbentuk endapan biru tembaga (II) hidroksida:<br />Cu2+ + 2OH− → Cu(OH)2 ↓<br /><br />Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Bila dipanaskan, endapan diubah menjadi tembaga (II) oksida hitam oleh dehidrasi.<br />Andaka, Penurunan Kadar Tembaga Pada Limbah Cair Industri Kerajinan Perak… 129<br />Cu(OH)2↓ → CuO↓ + H2O<br />Dengan adanya asam tartrat/asam sitrat dalam larutan, tembaga (II) hidroksida tak diendapkan oleh larutan basa alkali, tetapi larutan jadi berwarna biru. Larutan garam tembaga (II) yang bersifat basa, yang mengandung asam tartrat, biasa dikenal orang sebagai larutan Fehling, ia mengandung ion kompleks [Cu(COO.CHO)]2−<br />2. Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit timbul endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat biasa) :<br />2Cu2+ + SO42− + 2NH3 + 2H2O → Cu(OH)2.Cu(SO4)↓ + 2NH4+<br /><br />yang larut dalam reagensia berlebihan sehingga terjadi warna biru tua yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetrae-monikuprat (II)<br />Cu(OH)2.Cu(SO4) ↓ + 8NH3 → 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42− + 2OH−<br />3. Kalium iodida: mengendapkan tembaga (II) iodida yang putih, tetapi larutannya berwarna coklat tua karena terbentuk ion-ion tri-iodida (Iod):<br />2Cu2+ + 5I− → 2CuI ↓ + I3−<br /><br />dengan menambahkan natrion tiosufat berlebihan kepada larutan, ion triiodida direduksi menjadi ion iodida yang tak berwarna, dan warna putih dari endapan menjadi terlihat. Reduksi dengan tiosulfat menghasilkan ion tetrationat:<br />I3− + 2S2O32− → 3I− + S4O62−<br />Reaksi ini dipakai dalam anlisis kualitatif untuk penentuan tembaga secara iodometri.<br />4. Kalium sianida (racun): bila ditambahkan dengan sedikit sekali, mula-mula terbentuk endapan kuning tembaga (II) sianida:<br />Cu2+ + 2CN− → Cu(CN)2↓<br /><br />Endapan dengan cepat teruarai menjadi tembaga (I) sianida putih dan sianogen (gas yang sangat beracun):<br />2Cu(CN)2↓ → 2CuCN↓ + (CN)2↑<br />Tiap-tiap logam memiliki karak-teristik pH optimum presipitasi tersendiri, yaitu pH pada saat logam tersebut memiliki kelarutan minimum. Pengen-dapan dengan presipitasi kimia di sini merupakan proses pemisahan partikel padat dari suspensi secara gravitasi atas dasar konsentrasi dan kecende-rungan partikel berinteraksi. Menurut Vogel (1985) beberapa faktor ang mendukung terhadap penurunan kadar tembaga (Cu2+) limbah cair industri perak antara lain:<br />a. Waktu atau lama kontak<br /><br />Semakin lama kontak antara limbah cair dan reagen maka ion-ion tembaga (Cu2+) akan semakin banyak yang mengendap sehingga kadar tembaga (Cu2+) dalam limbah cair berkurang.<br />b. Derajat keasaman (pH)<br /><br />Derajat keasaman (pH) atau konsentrasi ion hidrogen limbah cair industri perak menurut peneliti terdahulu sebelum perlakuan sebesar 2.0. Nilai ini menunjukkan pH yang besifat asam. Pada pH yang asam/rendah proses pemben-tukan koloid tidak dapat berlang-sung dengan baik, bersifat korosif, dan menimbulkan gangguan pada proses pengolahan. Dengan adanya presipitasi NaOH dan kapur tawas yang sekaligus dapat mengkondisi-kan pH menjadi naik sehingga pengendapan dapat berjalan de-ngan optimal.<br />c. Tempat pengendapan<br /><br />Tempat pengendapan yang mem-punyai dasar berbentuk segitiga dapat mempercepat proses terja-dinya pengendapan. Hal ini karena dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi.<br />Apabila suatu presipitan kimia ditambahkan ke dalam limbah cair encer yang mengandung logam dan dilakukan pengadukan dalam suatu tangki reaksi berpengaduk, maka logam terlarut tersebut diubah menjadi suatu bentuk tak larut dengan reaksi kimia antar senyawa logam terlarut dan presipitan. Hasil padatan tersuspensi dipisahkan dengan pengendapan di dalam wadah pengendapan.<br />Flokulasi dengan atau tanpa koagulan kimia atau bahan pembantu pengendapan, mungkin digunakan untuk menaikkan pemisahan padatan tersuspensi. Dari reaksi pengendapan yang ada, bila ternyata ion Cu2+ masih sulit diendapkan dan waktu pengendap-annya lama, maka perlu dilanjutkan dengan koagulasi kapur tawas sebagai pengolahan lanjutan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses penurunan kadar Cu2+, dimana pengolahan secara kimia melalui proses flokulasi dan koagulasi dengan cara menambah bahan koagulan atau penyerapan dapat terjadi endapan logam Cu2+ (Purwanti, 1994).<br /><br /> <br /><br /> Tembaga (Cu)<br />1. Manfaat Tembaga (Cu);<br />Memelihara fungsi sistem saraf dan kimia darah yang normal;<br />Pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah;<br />Serta sebagai komponen enzim dan protein.<br />2. Akibat kekurangan Tembaga (Cu);<br />Menyebabkan kelainan dan penyakit seperti anemia.;<br />Gangguan pada saraf dan tulang;<br />Serta timbulnya luka-luka pada kulit.<br />3. Sumber Tembaga;<br />Terdapat pada kacang-kacangan, hati dan kerang.<br />Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++, Cu diperlukan pada pembentukan beberapa macam enzym, oleh karena itu sangat diperlukan walaupun dalam jumlah yang kecil. dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks.Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].<br />Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.<br />Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.<br /><br />BESI (Fe)<br /><br />Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite, Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi.<br />Berdasarkan proses terbentuknya, besi dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu :Besi primer (ore deposit)Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.Besi Sekunder (endapan placer)Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer.Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda penambangan termurah.<br /><br />Besi (Fe) merupakan mineral makro dalam kerak bumi, tetapi dalam system biologi tubuh merupakan mineral mikro. Pada hewan, manusia, dan tanaman, Fe termasuk logam esensial, bersifat kurang stabil, dan secara perlahan berubah<br />menjadi ferro (Fe II) atau ferri (Fe III). Kandungan Fe dalam tubuh hewan bervariasi, bergantung pada status kesehatan, nutrisi, umur, jenis kelamin, dan spesies (Dhur et al. 1989; Graham 1991; Beard et al. 1996). Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan (Darmono 1995; King 2006). Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme (hemoglobin, mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin).<br /><br />Defisiensi Zat Besi (Fe)Unsur besi terdapat pada setiap sel tubuh bersama dengan protein. Unsur ini juga tersimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang belakang. Cadangan besi ini sewaktuwaktu dapat dimobilisasi jika hemoglobin membutuhkannya.Zat besi atau Fe merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh, meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit (tracemineralj. Hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, mengandung 60-70% zat besi. Kekurangan zat besi berarti tubuh kita kekurangan haemoglobin dan oksigen.Mineral ini dapat diperoleh dari sayuran berwarna hijau gelap dan daging. Tetapi besi dalam sayuran lebih sulit diserap dibandingkan dengan besi dalam daging. Namun tidak berarti kita harus banyak konsumsi daging untuk mencukupi kebutuhan zatbesi, kecuali dalam keadaan defisiensi unsur besi.Kebutuhan Unsur Besi (Fe)Setiap hari tubuh kita membutuhkan sekitar 20 mg zat besi dari makanan. Namun dari sejumlah itu hanya kira-kira 2 mg saja yang diserap tubuh. Sisanya terbuang bersama tinja. Zat besi dalam tubuh kita berkisar 2-4 g, atau kira-kira 50 mg dalam setiap satu kilogram berat badan pada pria dewasa. Sedangkan pada wanita hanya 35 mg dalam setiap satu kilogram berat badan.Umumnya, defisiensi zat besi disertai defisiensi asam folat. Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang (Brock dan Mainou- Fowler 1986; Desousa 1989; Brown et al. 2004)<br />1. Manfaat Besi;<br />Komponen dalam hemoglobin yang penting untuk pengikatan oksigen dalam sel darah merah.<br />2. Akibat kekurangan Besi;<br />Menyebabkan kelainan dan penyakit seperti anemia;<br />Menurunnya berat badan;<br />Pucat-pucat pada kulit.<br />3. Sumber Besi;<br />Terdapat pada daging, telur, keju, roti dan sayuran hijau.<br /><br />A. Besi (Fe)Besi (Fe) merupakan unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut:a. Catalase : H2O + H2O O2 + 2H2Ob. Peroksidase : AH2 + H2O A + H2OFungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.<br /><br />10. Besi (Fe)<br />Diambil atau diserap oleh tanaman dalam bentuk: Fe++<br />Fungsi unsur hara besi (Fe) bagi tanaman ialah:a. Zat besi penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil)<br />b. Berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein<br />c. Zat besi terdapat dalam enzim Catalase, Peroksidase, Prinodic hidroginase dan Cytohrom oxidase<br />Sumber-sumber besi adalah:a. Batuan mineral Khlorite dan Biotit<br />b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis<br />Besi (F)<br />Besi diserap dalam bentuk Fe++ dan mempunyai fungsi yang tidak dapat digantikan pada pembentukan hijau daun. Besi juga merupakan salah satu unsur yang diperlukan pada pembentukan enzym-enzym pernapasan yang mengoksidasikan hidrat arang menjadi gas asam arang dan air. Besi didalam tanaman kurang bergerak, oleh karena itu bila kekurangan besi maka akan segera tampak gejala-gejala pada bagian tanaman yang masih muda.<br />Boron<br />Tanaman tidak membutuhkan boron dalam jumlah besar, tetapi boron dapat mengatur penyerapan makanan dan membantu tanaman untuk membuat jaringan baru. Boron telah dikenal sejak 1923 sebagai nutrisi mikro yang penting untuk tanaman tingkat tinggi (Warington, 1923 dalam Blevins & Lukaszewski, 1994).<br />Boron memiliki beberapa kegunaan, antara lain:_ Membantu penggunaan nutrisi dan mengatur nutrisi yang lainnya._ Menolong produksi gula dan karbohidrat._ Esensial untuk perkembangan tunas dan buah<br />Boron mengatur metabolisme karbohidrat di dalam tanaman. Seperti halnya kalsium, boron tidak mobil di dalam tanaman, sehingga pemberian secara menerus dibutuhkan pada pertumbuhan tanaman. Boron diambil oleh tanaman dalam bentuk anion borat. Boron juga dikenal sebagai pembantu dalam penurunan jaringan dahan tertentu, yang dikenal sebagai jaringan .meristem. (Trotter, 2001).<br />Sumberdaya BoronBoron tersebar secara alamiah sekitar 0,1 ppm pada air permukaan, 3 ppm dalam kerak bumi, dan 4,6 ppm dalam air laut (Harben & Ku_vart, 1996). Tanaman biasanya menyerap boron dari material organik dan borak. Borak merupakan bagian dari mineral kelompok borat. Telah dikenal lebih dari 100 mineral borat, namun hanya empat mineral yang paling umum dijumpai, yaitu:_ Kernit (Na2B4O6(OH)2 _3H2O)_ Borak (Na2B4O5(OH)4 _8H2O)_ Uleksit (NaCaB5O6(OH)6 _ 5H2O)_ Kolemanit (CaB3O4(OH)3 _H2O)Kernit pertama kali ditemukan di daerah Kern County, Kalifornia. Mineral ini secara _sik tidak berwarna, transparan sampai putih, dengan kilap kaca sampai mutiara. Mineral ini mempunyai struktur kristal monoklin, kekerasan 21/2 . 3 dan berat jenis 1,9. Ciri khas mineral ini adalah fragmen panjang, belahan splinteri, berat jenis rendah dan larut dengan lambat pada air dingin.Mineral ini sering dijumpai berasosiasi dengan borak, uleksit dan kolemanit pada lapisan lempung yang berumur Tersier. Istilah borak diambil dari istilah burah (Persia) dan buraq (Arab).<br />Borak mempunyai struktur kristal monoklin (Gambar 6.1) dan biasanya dalam bentuk prismatik. Mineral ini secara _sik tidak berwarna atau putih, kilap kaca, dengan kekerasan 2 . 21/2 dan berat jenis 1,7.<br /><br />GAMBAR 6.1: Borak dengan sistem kristal monoklinNama uleksit diambil dari seorang ahli kimia Jerman, George Ludwig Ulex (1811-1893). Uleksit mempunyai sistem kristal triklinik, dan umumnya dijumpai dalam bentuk membundar yang tersusun oleh serat-serat halus. Secara _sik, mineral ini berwarna putih dengan kilap lemak. Mineral ini mempunyai kekerasan 21/2 dan berat jenis 1,96.Kolemanit pertama kali ditemukan oleh seorang pengembang borak di San Francisco, William Tell Coleman (1824-1893). Mineral ini mempunyai struktur kristal monoklin, dan umumnya berbentuk kristal prismatik pendek. Secara _sik mineral ini berwarna putih sampai tidak berwarna, kilap kaca, kekerasan 4 . 41/2 dan berat jenis 2,42.<br /><br />Sumber-sumber pangan utama yang banyak mengandung boron adalah air yang bersumber dari tanah, susu dan produk-produk olahan susu, sari buah, berbagai minuman, dan madu.<br />Tumbuhan berkeping dua (dikotil), seperti buah-buahan, sayur-sayuran, polong-polongan, dan kacang-kacangan terbukti memiliki kandungan boron lebih tinggi daripada tumbuhan monokotil seperti gandum-ganduman dan serealia.Buahan-buahan sumber boron adalah apel, pir, anggur, alpukat, dan buah kering.<br />Kecukupan boron yang dianjurkan bagi orang dewasa adalah 1-2 mg/hari. Konsumsi suplemen boron sangat tidak dianjurkan karena belum ada penelitian resmi mengenai toksisitas atau efek lain akibat konsumsi boron dalam dosis tinggi. Meskipun demikian, dosis boron hingga 10-15 mg per hari masih digunakan untuk pengobatan.<br />Boron diduga memiliki hubungan kuat dengan metabolisme vitamin D. Salah satu penelitian telah membuktikan bahwa hewan percobaan yang diberi ransum tanpa boron, mengalami kehilangan kalsium total yang tinggi, serta gangguan glukosa, lemak, insulin, dan penurunan perkembangan tulang (Hegsted et al., 1991).<br />Defisiensi boron pada manusia belum pernah dilaporkan secara ilmiah, tetapi studi yang dilakukan terhadap beberapa relawan yang diberi makanan rendah boron menunjukkan gejala-gejala yang mirip dengan defisiensi boron pada hewan percobaan, terutama perubahan glukosa darah dan lemak. Gejala defisiensi boron lainnya adalah peningkatan kebutuhan terhadap kalsium, fosfor, dan magnesium, penurunan kebutuhan tembaga, hipertensi, dan peningkatan risiko kanker prostat.<br />Bukti lainnya mengenai pentingnya kecukupan boron adalah percepatan gejala arthritis pada populasi yang asupan boronnya rendah atau tinggal di area tanah dengan kandungan boron rendah. Jumlah penderitaan arthritis pada populasi dengan konsumsi boron yang cukup dan rendah, masing-masing, adalah 3 persen dan 20 persen (Hunt, 1996).<br />Penderitaan defisiensi boron umumnya adalah orang dewasa. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa konsumsi boron semakin menurun dengan semakin bertambahnya usia. Konsumsi boron pada orang dewasa hanya seperempat dari konsumsi boron balita. Penemuan ini memberi kejelasan mengenai penurunan kinerja kesehatan tubuh, terutama penurunan densitas tulang yang terjadi pada orang dewasa.<br />Cegah osteoporosis<br />Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa boron meningkatkan kinerja dan efisiensi tubuh dalam penggunaan mineral kalsium dan magnesium. Fungsi boron tersebut dinilai sinergis dengan fungsi vitamin D. Boron diindikasikan memiliki interaksi spesifik dengan vitamin D dalam memperkuat struktur tulang.<br />Beberapa peneliti lain mengklaim bahwa boron memiliki kemiripan dengan estrogen dan testosteron. Sifat ini digunakan dalam pengobatan osteoporosis, terutama pada wanita menopause. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa boron sangat efektif dalam perawatan terhadap osteoporosis. Boron juga dapat meningkatkan metabolisme tulang yang sehat, termasuk efisiensi penggunaan kalsium dan magnesium.<br />Seperti halnya estrogen, boron memiliki efek dalam meningkatkan plasma estradiol. Peningkatan plasma estradiol dapat membantu mengurangi rasa sakit yang dialami wanita saat datang bulan. Peningkatan plasma estradiol juga berarti memacu produksi estrogen. Hal ini sangat berharga dalam upaya pencegahan osteoporosis pada wanita menopause karena estrogen dapat meningkatkan penyerapan kalsium.<br />Mekanisme boron dalam memelihara kesehatan tulang dan persendian dititikberatkan pada pemeliharaan densitas tulang dan integritas serta kekuatan kartilago, ligamen, dan tendon. Pemeliharaan tersebut dilakukan dengan menjaga ikatan silang antara materi anorganik (mineral) dan materi organik (protein) dalam matriks tulang. Mekanisme pemeliharaan ini juga menyangkut peran boron sebagai regulator dari berbagai hormon. Hormon pertama yang diregulasi adalah 1,25-dihidroksi-vitamin D-3, yaitu bentuk hormonal dari vitamin D. Hormon yang kedua adalah testosteron.<br />Peran boron dalam regulasi kedua hormon tersebut di atas adalah dalam hal peningkatan kuantitas dan aktivitasnya. Peningkatan oleh boron tersebut berhubungan langsung dengan metabolisme kalsium. Peningkatan aktivitas 1,25-dihidroksi-vitamin D-3 dapat mencegah kesetimbangan kalsium negatif dalam tubuh. Kesetimbangan kalsium negatif merupakan keadaan di mana jumlah kalsium yang diekskresikan melalui urine lebih banyak daripada jumlah yang diserap dari makanan. Peran boron dalam mengurangi kesetimbangan kalsium negatif adalah dengan meningkatkan retensi kalsium dalam tubuh, terutama pada pusat-pusat kalsium yaitu tulang dan jaringan ikat. Peningkatan retensi dalam jangka panjang dapat mencegah penyakit degradasi densitas tulang (osteoporosis).<br />Cegah osteoarthritis<br />Osteoarthritis merupakan salah satu penyakit yang menyerang tulang, jaringan ikat, serta persendian tulang. Penyakit osteoarthritis oleh penurunan massa tulang, pengapuran, dan ngilu-ngilu pada persendian. Pada tahap osteoarthritis yang parah penderita harus mengonsumsi pereda rasa sakit secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan perasaan ngilu yang amat sangat, terutama bila cuaca dingin atau pada malam hari. Perasaan ngilu tersebut datang sebagai efek dari proses degradasi tulang dan jaringan ikat.<br />Suatu penelitian telah membuktikan bahwa konsumsi boron dan kalsium secara teratur selama beberapa minggu menyebabkan 67-75 persen penderita dapat berhenti mengonsumsi obat pereda rasa sakit (Hunt, 1996). Hal ini membuktikan bahwa boron dan kalsium dapat mengurangi kecepatan degradasi tulang dan jaringan ikat persendian. Mekanisme yang terjadi adalah penghambatan aktivitas enzim kolagenase, yaitu enzim yang mampu mendegradasi jaringan kolagen, terutama jaringan ikat. Degradasi terhadap jaringan kolagen juga dapat menyebabkan pengeriputan dan penuaan dini.<br />Boron juga telah terbukti memiliki aktivitas anti-inflamasi. Aktivitasnya sangat signifikan, terutama untuk pencegahan penyakit inflamatori seperti rheumatoid arthritis, dan asma. Boron dapat menghambat kerja enzim yang langsung berhubungan dengan peradangan (inflamasi).<br />Inflamasi sebenarnya merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan tubuh melawan bakteri atau sebab lainnya, terutama di sekitar luka atau infeksi. Mekanisme anti-inflamasi yang dilakukan oleh boron adalah menghambat serangan oksidasi dan mendukung fungsi leukosit dan neutrofil (bagian dari sel darah putih) dalam menginaktivasi zat-zat yang tidak diinginkan (umumnya berasal dari makanan) yang memiliki potensi oksidasi (Hunt, 2000).<br />Boron juga memiliki fungsi antioksidasi secara tidak langsung dengan meningkatkan produksi enzim-enzim antioksidasi dalam darah dan dalam sel. Enzim-enzim tersebut adalah superoksida dismutase (SOD), kalatase, dan glutathione peroksidase. Ketiga enzim tersebut merupakan enzim pertahanan tubuh alami untuk melawan radikal-radikal bebas.<br />Kesehatan reproduksi<br />Kesehatan reproduksi pria ditunjang oleh hormon utamanya, yaitu testosteron, sedangkan pada wanita ditunjang oleh hormon estradiol. Selain kedua hormon tersebut, terdapat juga hormon dehidroepiandrosteron (DHEA). Dalam suatu penelitian, kadar hormon-hormon reproduksi tersebut diukur dalam darah para relawan, sebelum dan setelah mengonsumsi sejumlah boron dalam waktu tertentu. Hasil yang diperoleh setelah 60 hari konsumsi boron dalam jumlah cukup adalah adanya kenaikan kadar hormon reproduksi dalam darah. Hormon DHEA meningkat sebesar 56 persen, sedangkan hormon testosteron meningkat sebesar 29,5 persen.<br />Mekanisme peningkatan hormon reproduksi yang terjadi adalah melalui interaksi homeostasis kalsium dan boron dalam bentuk kalsium-frukto-borat. Homeostasis terjadi dalam kondisi tubuh cukup boron. Boron berperan dalam menghambat enzim penghancur hormon-hormon reproduksi sehingga kadar hormon-hormon tersebut tetap tinggi di dalam darah. Mekanisme lainnya adalah melalui pelepasan hormon reproduksi dari Sex Hormone Binding Protein (SHBP) atau protein pengikat hormon reproduksi.<br />SHBP merupakan protein pembawa hormon reproduksi dalam darah. Namun, apabila dalam keadaan terikat, hormon tersebut menjadi inaktif sehingga menghambat siklus pematangan sel-sel reproduksi. Bebasnya testosteron (tidak terikat) dalam darah mendukung pencegahan penyakit-penyakit kerapuhan tulang, seperti osteoarthritis dan osteoporosis, karena testosteron dapat meningkatkan retensi kalsium tubuh.<br />Kanker prostat<br />Konsumsi boron yang cukup dalam jangka panjang juga dapat mencegah terjadinya kanker prostat. Mekanisme yang terjadi masih merupakan interaksi dari kalsium-frukto-borat. Senyawa 1,25-dihidroksi-vitamin D-3 sebagai bentuk aktif vitamin D, dapat mengurangi risiko kanker prostat. Vitamin D memiliki aktivitas meningkatkan retensi kalsium. Kalsium juga memiliki aktivitas spesifik dalam menghambat proliferasi sel yang tidak normal atau sel-sel mutan. Selain menghambat proliferasi, vitamin D juga dapat membunuh sel-sel mutagenik (Hunt, 1996).<br />Peran boron dalam mencegah penyakit-penyakit autoimun (lupus, Grave's Disease, Hashimoto's Diseases, diabetes tipe 1, vitiligo, sklerosis berganda, dan lain-lain) adalah dengan mencegah aktivitas dari sel T-helper dan T-suppressor. Kedua sel tersebut sangat erat kaitannya dengan penyakit autoimun.<br />Konsumsi suplemen boron mengakibatkan gejala peningkatan pengeluaran kalsium tubuh melalui urine pada relawan wanita usia pra dan pascamenopause. Mekanisme untuk gejala tersebut belum diketahui secara pasti. Hampir seluruh boron yang dikonsumsi juga secara gradual akan dikeluarkan melalui urine. Pengeluaran boron dari tubuh melalui urine umumnya berkisar 0,5-2,5 mg per hari.<br />Gejala-gejala keracunan boron dosis tinggi yang pernah dilaporkan adalah sakit kepala, mual dan muntah, pusing, diare, hipotermia, gelisah, kerontokan kulit dan rambut, kerusakan ginjal, dan kematian akibat shock, dan kolapsnya peredaran darah. Meskipun demikian, kasus kematian akibat keracunan boron sangat jarang ditemukan. Dosis mematikan boron untuk manusia yang telah ditemukan adalah sekitar 18-20 gram.<br />Toksisitas boron juga bersifat kronis. Gejala-gejala toksisitas boron kronik adalah kehilangan selera makan, pusing, kehilangan berat badan, penurunan aktivitas seksual dan jumlah sel reproduksi.<br />Sumber : Kompas, Sabtu 14 Mei 2005<br />Boron. Mineral yang disebut sebagai bahan dasar pembentukan seks hormon dan memperkuat tulang. Berdasarkan beberapa penelitian, boron ditemukan menaikkan level estrogen natural dan memberikan perlindungan efektif terhadap osteoporosis, serta mengurangi pembuangan oksalat pada urin yang bersama-sama dengan kalsium membentuk batu ginjal, meningkatkan efektifitas Vitamin D didalam penyerapan kalsium ke dalam tulang, serta meningkatkan DHEA dan testosteron.<br /><a href="http://ww3.yuwie.com/blog/?id=828976">http://ww3.yuwie.com/blog/?id=828976</a><br />Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis.<br />Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).<br />Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.<br />Borium<br />Borium diserap oleh tanaman dalam bentuk BO8=. Kekurangan unsur ini dapat menyebabkan kuncup-kuncup dan pucuk daun jadi mati. Pertumbuhan didalam meristema akan terganggu, yang menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan dalam pembentukan bekas pembuluh, Sehingga pengangkutan makanan akan terganggu.tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8939519027989865677.post-21742933405098314252009-05-07T08:26:00.000-07:002009-05-07T08:38:46.268-07:00Pengaruh Struktur dan ketebalan Lapisan dan Zat – Pencemar Pada Proses Perkaratan<p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"> </p><p class="MsoNormal"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; color: black;" lang="EN-US">Pengaruh Struktur dan ketebalan Lapisan dan Zat – Pencemar Pada Proses Perkaratan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US">Oleh :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="color: black;" lang="EN-US">Manu Gupta, Deepti Shikha dan P.K. Kamani<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US">Translate by :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US">TOMI SUTRISNO<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US">0617011066</span></b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\05\clip_image001.jpg" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: -1; left: 0px; margin-left: 192px; margin-top: 21px; width: 172px; height: 172px;"><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/05/clip_image002.jpg" shapes="_x0000_s1026" height="172" width="172" /></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US">JURUSAN KIMIA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US">FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US">UNIVERSITAS LAMPUNG<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; color: black;" lang="EN-US">2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><br /></span></b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><br /></span></b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Pengaruh Struktur dan ketebalan Lapisan dan Zat – Pencemar Pada Proses Perkaratan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="color: black;" lang="EN-US">Manu Gupta, Deepti Shikha dan P.K. Kamani<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">ABSTRAK<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Kehadiran garam larut ( chloride, sulphate,and nitrat ) dan pengaruh mereka pada lapisan permukaan logam dipelajari dalam ilmu kimia lapisan, permebilas air dan oksigen, ketebalan lapisan dan persiapan permukaan logam. Kerusakan makroskopik, disebabkan karena perancangan improrer, penanganan, dan lain - lain dapat juga tidak terlihat seperti (di) atas. Larutan mempunyai peran tersendiri dalam merusak lapisan permukaan. Meskipun demikian, masih ada beberapa sistem lapisan yang dapat mengurangi atau menunda mekanisme korosi. Lima sistem lapisan terkenal yang berbeda ( yaitu phenolic, poliuretan, cardanol, vinil dan alkyd ) ditunjukkan ke kelembaban dalam waktu yang berbeda, 100 dan 400 jam, dan ditentukan di bawah lapisin tipis korosi. Penelitian mengungkapkan bahwa merancang sistem lapisan substrat secara hati-hati dengan beberapa pengetahuan pokok dapat memperbaiki kinerja dari lapisan dan perlindungan logam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-indent: -54pt;"><span style="color: black;" lang="EN-US">kata kunci :garam larut, ilmu kimia antar muka, korosi, perlindungan logam, cacat film<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Pengenalan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Korosi adalah suatu pembusukan yang berangsur – angsur pada suatu material yang disebabkan oleh bahan kimia atau reaksi elektrokimia. Sejak logam dibandingkan dengan yang bukan logam, seperti keramik, plastik, karet, beton, dan lain - lain yang mempunyai hantaran elektrik yang tinggi, korosi biasanya disebabkan oleh sifat elektrokimia. Pada kasus non logam yang tidak mempunyai konduktifitas elektris, korosinya disebabkan oleh bahan – bahan kimia. Sesungguhnya, korosi dapat disebut sebagai "vulture dari metalurgi: karena berangsur-angsur akan habis logamnya".<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Suatu permukaan logam yang macroscopic dan homogen dengan skala yang atomis <span style=""> </span>mempunyai suatu struktur mosaik atau garis keturunan, sedangkan bangunan bawah kristal terdiri dari blok-blok yang sedikit menyimpang, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan yang berbeda dari bagian-bagian kristal. Kerusakan yang sering dihubungkan dengan langkah-langkah permukaan dan pertumbuhan bertingkat yang panjang ( lama spirals–grain batasan dan sub batasan-batasan memperkenalkan suatu sumber kerusakan dari kisi-kisi logam, sebagai tambahan, ada beberapa kerusakan makroskopik yang disebabkan karena desain yang lemah, pengolahan yang lemah, pengelasan yang lemah, penanganan atau operasi yang teledor dan lain - lain. Permukaan bahan menjadi tegang sebagai akibat dari meluncur, menggulung, menggosok dan aktivitas mekanis lain. Suatu pengausan permukaan menjadi electrokimia yang berbeda dengan lingkungan menyebabkan berbagai jenis korosi. Kehadiran tekanan adalah dasar dari kerusakan makroskopik yang paling penting. Kecacatan pada permukaan juga banyak dipengaruhi karakteristik dari bahan, seperti kekuatan mekanis, kekayaan dan reaksi kimia elektrik. Korosi adalah suatu peristiwa permukaan, korosi adalah hasil dari pembentukan beberapa bentuk dari film di permukaan logam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Bahan aktif permukaan, menyajikan sifat logam dan non logam yang dapat digunakan untuk mengubah aktivitas permukaan dan sifat mekanisnya juga. Tiga sifat seperti adhesi, friksi, kelainan bentuk memakai dan lain - lain dari permukaan logam yang extreme tergantung pada permukaan ion atau molekul - molekul aktif yang diserap.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Fungsi lapisan organik adalah melindungi lapisan dasar dari serangan secara kimia dan fisik. Dalam beberapa caser, bagaimanapun, serangan ini dapat dihalangi dengan adanya lapisan, sebagai contoh ketika substrat itu dicemari. Pada lapisan permukaan logam, kehadiran ion asing yang dapat larut, seperti ion klorida atau ion sulfat atau sejumlah larutan yang mikroskopis dari air dan oksigen, dua gejala utama yang dapat berlangsung,<span style=""> </span>melepuh ( sel-sel osmotic local ) dari lapisan dan di bawah korosi film. </span><st1:city><st1:place><span style="color: black;" lang="EN-US">Ada</span></st1:place></st1:City><span style="color: black;" lang="EN-US"> mekanisme lain yang bertanggung jawab atas formasi dan pertumbuhan dari blister, seperti permukaan yang melepuh ( swelling ), pemisahan tahap selama formasi film, perputaran temperature atau hilangnya adhesi dan lain - lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span lang="EN-US"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span lang="EN-US">Zat – Zat Pencemar<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Kehadiran zat – zat pencemar seperti oksida, garam, senyawa organic, air dan lain - lain pada permukaan baja sebelum bahan diaplikasikan mempunyai suatu pengaruh yang akan mengganggu kinerja lapisan. Kelengkapan unsur pokok merupakan hal yang mustahil. Ion sulfat dan klorida merupakan zat – pencemar yang paling umum di dalam industri dan atmosfer - atmosfer. Zat pencemar ini disebabkan karena pembakaran batubara dan bahan bakar lain dan percikan air laut, yang di bawah kondisi angin tertentu yang dapat menembus daerah pedalaman kilometer. De-icing menggarami di jalan-jalan lalu lintas juga merupakan sumber <span style=""> </span>pencemaran klorida. Klorida, sulfat, nitrat dan karbonat adalah anion-anion dan sodium, zat kapur dan ammonium adalah kation - kation yang ditemukan, seperti kation larut di luar pigmen-pigmen. Di daerah industri terdapat dalam konsentrasi yang tinggi dan udaranya telah dikotori oleh dioksida belerang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Adhesi dan Blistering<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Dari berbagai mekanisme, osmosis dianggap sebagai faktor yang dapat menyebabkan bentuk blister ( lepuhan ) di dalam lapisan organik di permukaan logam, terutama sekali di baja. Tekanan osmotis di sini bisa antara 2500 - 3500 kPa selama hambatan mekanis dari lapisan deformational yang dapat menurunkan, 6 sampai 40 kPa. Pengembangan dari blistering disebabkan karena hilangnya adhesi (di) atas daerah masing-masing dan di dalam daerah istirahat. Hal ini memperlemah lapisan / logam yang menghubungkan anoda dan katoda.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Pada korosi electrokimia, oksigen depolarizes bidang katodik dengan produksi hydroxyl anions. Di dalam presence garam - garam NaCl, sebagai elektrolit, kation-kation boleh berpindah tempat ke daerah katodik dan NaOH, yang bertanggung jawab atas reaksi alkali yang kuat dari larutan mengandung air<span style=""> </span>di blister ini. Perpindahan kation ke daerah katodik boleh berlangsung melalui l</span><span lang="EN-US">apisan atau sepanjang lapisan permukaan logam. Perjalanan difusi dari kation NaCl sangat lambat 10-9 sampai 10-13 cm2/sec2 sama dengan penyerapam relative film.<span style=""> </span><span style="color: black;">Konsentrasi awal dari osmotically aktif dalam permukaan substrate film secara umum lebih rendah dari eksternal larutan NaCl yang digunakan di dalam percikan -garam atau uji rendam. Perbedaan ini meningkatkan difusi kation melalui lapisan ke daerah katodik dari permukaan logam. Selanjutnya migrasi ion sodium menyebabkan lapisan cat formasi blister pada daerah katodik.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Lapisan Pelindung<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Cat pelindung korosi dapat dibuat dengan kualitas yang sangat baik.<span style=""> </span>Dengan persiapan permukaan dan ketebalan film yang cukup, masa hidup 15 – 20 tahun dapat diharapkan untuk pelapis organic. Korosi di suatu waktu yang lebih pendek secara umum dibatasi pada pori-pori, kerusakan mekanik, dan bidang-bidang di mana ketebalan film rendah, misal pada tepi – tepi. ( gambar 1 ).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Cacat-cacat seperti itu biasanya tidak dapat dihindari secara total. Oleh karena itu, penting sekali bahwa cat mempunyai kemampuan untuk melindungi permukaan dari karat. Profil substrat logam juga faktor yang sangat penting menyangkut pelapisan. Suatu profil dari<span style=""> </span>dibengkokkan -(di) atas puncak-puncak, permukaan yang dipecah, dan lain - lain tidak akan membiarkan keluar dengan cepat melalui lapisan yang sangat merekat. Setiap rongga membiarkan penyebaran lapisan logam melalui air, reaksi kimia penting untuk membentuk blister. Kami juga sadar pelapisan itu tidak sepenuhnya tepat, teliti benar inci, mereka gagal satu molecul pada waktu yang sama. Pengaruh dari pembersihan juga diamati. Bentuk fisik permukaan logam, disiapkan dengan aluminium oksida atau mengalir keluar dengan sempurna dari suatu lapisan pelindung. Profil yang seperti ledakan pada baja disediakan untuk karakteristik mengalir keluar secara sempurna selagi baja menyediakan permukaan yang terburuk untuk mengalir keluar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Bayliss dan Bray sudah mengamati bahwa di dalam test polyurethane, rongga atau gelembung - gelembung yang sangat kecil dapat ditemukan didalam film, dan mereka melaporkan bahwa lapisan pelindung yang diterapkan dengan metoda percikan yang tidak ada udara masuk cenderung memiliki lebih banyak rongga atau gelembung-gelembung menjerat di dalam film dibanding yang diterapkan dengan sprayor konvensional applicator. Ini berarti bahwa lamanya pelapisan juga tergantung pada </span><st1:city><st1:place><span style="color: black;" lang="EN-US">gaya</span></st1:place></st1:City><span style="color: black;" lang="EN-US"> aplikasi. Sistem pelapisan plasma baru dengan mantap memperbaiki korosi dari baja yang permobilannya sudah dilaporkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Kebanyakan dari pekerjaan yang telah dilaksanakan di beberapa zat pencemar yang dapat larut dalam air tertentu, seperti sodium klorida dan besi sulfat. jurnal ini berhubungan dengan zat-pencemar lain yang dapat larut dalam air, seperti sulfat, klorida, dan kation garam nitrat (Na+), pada lapisan permukaan logam, berbagai jenis dari binder-binder organik yang diambil sebagai lapisan logam untuk dipelajari.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Percobaan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Variasi itu disiapkan dengan penghancuran resin yang dipilih ( table 1 )di dalam bahan pelarut yang pantas dari konsistensi untuk aplikasi dan diberi nama yang sama sebagai resin, seperti ditunjukkan dalam table. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Baja lunak dan papan gelas telah disiapkan untuk uji yang berbeda. kekentalan solusi binder yang dikupas kembali diukur dengan gelas piala no.4. Film - film itu diuji terhadap ketahanan asam, ketahanan alkali, uji gores karatan, adhesi dan kekerasan per metoda test yang standar. Untuk uji gores karatan, air laut tiruan ( suatu contoh yang mewakili ) disiapkan dengan mengikuti jumlah bahan kimia dalam liter air.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><!--[if supportFields]><span lang="EN-US" style="'color:black'"><span style="'mso-element:field-begin;mso-field-lock:yes'"></span><span style="'mso-spacerun:yes'"> </span>SHAPE<span style="'mso-spacerun:yes'"> </span>\* MERGEFORMAT <span style="'mso-element:field-separator'"></span></span><![endif]--><!--[if gte vml 1]><v:group id="_x0000_s1032" editas="canvas" style="'position:absolute;margin-left:0;" coordsize="8310,3390"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> <v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1033" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;" preferrelative="f"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:path extrusionok="t" connecttype="none"> <o:lock ext="edit" text="t"> </v:shape><v:shape id="_x0000_s1034" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image001.png" title=""> </v:shape><w:anchorlock/> </v:group><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 3; margin-left: 0px; margin-top: 0px; width: 555px; height: 227px;"><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image002.jpg" shapes="_x0000_s1032 _x0000_s1033 _x0000_s1034" height="227" width="555" /></span><!--[endif]--><span style="color: black;" lang="EN-US"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style="'width:415.5pt;height:169.5pt'"> <v:imagedata croptop="-65520f" cropbottom="65520f"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image003.gif" shapes="_x0000_i1025" height="226" width="554" /><!--[endif]--></span><!--[if supportFields]><span lang="EN-US" style="'color:black'"><span style="'mso-element:field-end'"></span></span><![endif]--><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Uji Gores Korosi<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">5 cm x 10 cm x 1mm ketebalan baja lunak memberi papan degreased, sanded dan dilapisi. Panel-panel yang dilapisi ditinggalkan selama 7 hari didalam laboratorium dengan suhu ruang. Mereka dibingkai dengan lilin dan satu muka dari tiap panel digaruk kepada substrat dengan suatu mata pisau yang tajam/jelas. Panel-panel itu dimasukkan ke<span style=""> </span>tiruan air laut selama 500 jam, lalu dicuci dengan air suling dan dikeringkan, panel-panel diamati yang berkarat. Spesimen - spesi adhesi beserta alur ditentukan secara konvensional.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Test Kelembaban<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Baja lunak yang digulung dingin akan menghasilkan papan tanpa karat yang digunakan. Satu sisi dari spesimen itu dicemari 200 dan 700 mg/m2 dari ion klorida, sulfat dan nitrat. Papan baja yang tidak terjangkit digunakan sebagai kendali. Disiapkan sodium klorida, sodium sulfat, dan sodium nitrat dengan menggunakan bahan reaksi dan air suling. Spesimen -spesimen yang telah bersih dilapisi selama satu minggu di dalam laboratorium pada suhu-kamar. Setelah itu, bagian sisi dari specimen yang tidak terkorosi dilindungi dengan lapisan strippable. Bagian sisinya dilapisi dengan lilin. Lapisan itu diterapkan dalam dua ketebalan 20 dan 60 mikcro m. Lamanya pelapisan adalah 100 dan 400 jam. Proses perkaratan dan pelepuhan dari spesimen itu diamati secara hati-hati dan berturut – turut dengan spesifikasi ASTM D610 dan D714. Lapisan specimen yang mengalami korosi ditentukan secara gravimetri dengan menimbang spesimen aplikasi zat - pencemar setelah test dan kepindahan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Hasil<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Tes laboratorium ( hambatan asam, hambatan alkali, korosi, adesi dan kekerasan ) dari semua variasi perlakuan. Hasil yang diperoleh diringkas dalam table 2.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Karat hanya terjadi didalam dan tidak ada yang di bawah lapisan dan adhesi baik sepanjang sisi - sisi alur dan tidak ada yang disebelah lapisan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Sedikit bintik karat di bawah lapisan sebagai tambahan karat dan tanpa kehilangan adhesi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Tabel 3 menjelaskan hasil kelembaban setelah 100 dan 400 jam. Waktu nilai karat dilaksanakan secara visual dan dibandingkan dengan spesifikasi ASTM D-610 dan juga dengan hasilnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Tabel 4 menunjukkan tampilan blister dalam 100 dan 400 jam. Busa dinilai dengan pengujian visual dan dibandingkan dengan spesifikasi ASTM D714. Tingkat lapisan bawah korosi ditentukan dengan metode gravimetric setelah 100 dan 400 jam dan ditunjukkan pada table 5.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Pembahasan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Hasil dari semua tes laboratorium ditunjukkan pada table 2. Perlindungan karat terhadap uji gores baik, kecuali satu yang didasarkan pada alkyd yang menguasai sedikit bintik karat <span style=""> </span>dibawah lapisan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Kebanyakan dari aktivitas karatan sedang memainkan peran mereka pada permukaan lapisan - substrat. Ketersediaan oksigen di permukaan bergantung pada permeabilitas lapisan. Ketebalan lapisan dan struktur kimia<span style=""> </span>adalah faktor penentu yang umum dari permeabilitas. Suatu binder yang sangat kutub mempunyai kekayaan penghalang gas sempurna, penyebaran / perembesan air, sedangkan untuk non polar lapisannya benar. Permeabilitas oksigen dari lapisan organic mungkin tinggi, tapi tidak cukup karena karatan itu berlangsung di permukaan tetapi sebaliknya permeabilitas air secara umum lebih tinggi dibandingkan yang diperlukan untuk proses korosi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Air dan oksigen keduanya sangat penting untuk reaksi katodik dari proses korosi pada substrat logam dan dampak proses korosi akan didiskusikan disini. Tabel 3 menunjukkan papan yang dilapisi alkyd secara umum lebih tahan terhadap karat dibandingkan yang dilapisi dengan cardanol, vinil poliuretan dan phenolic. Tabel 4 menunjukkan bahwa polyuretan dan phenolic <span style=""> </span>memiliki perembesan air yang lebih tinggi dibandingkan pelarut yang lain, diantaranya resin dan vinil. Tabel 6 menunjukkan alkyd dan vynil<span style=""> </span>mempunyai permeabilitas yang lebih tinggi. Banyak peneliti berpendapat bahwa daya serap air atau gas oksigen adalah faktor pengendalian, menentukan proses karatan secara khusus di dalam ketebalan lapisan yang rendah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Tabel 4 menunjukkan bahwa air di permukaan lapisan – logam adalah dasar dalam kegagalan adhesi sesuai dengan literature.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Lapisan membrane semi permabel dan<span style=""> </span>zat-pencemar membentuk blister ketika air menyebar keseluruh bagian melalui film dan menurunkan koncentrasi zat - pencemar. Kegagalan lapisan disebabkan karena blister ( table 6 ).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Sifat polar dari resins menunjukkan lebih blister dalam polyurethane dan phenolic non polar lebih kuat berkarat dalam alkyd dan vinil ( table 4 dan 5 ). Karenanya, control difusi air mengendalikan hilangnya lapisan adhesi. Dengan melihat tabel 3, 4, 5 dan morcillo. Dapat dikatakan bahwa 100 jam cukup bagi air untuk menyebar keseluruh bagian melalui lapisan dan memecahkan zat pencemar di permukaan lapisan logam, tetapi tidak cukup untuk melubangi hasil lapisan sebagai konsekuensi dari akumulasi air atau pertumbuhan karat. Konsentrasi zat pencemar di permukaan cenderung ke bawah lapisan karat dan tidak bergantung pada jenis zat pencemar. Korosi di lapisan bawah yang lebih di dalam lapisan ketebalan film yang rendah dan sebagai penurunan ketebalan lapisan korosi ( diatas 35 – 40 micro m ke 60 dan 80 micro m ) tidak banyak berpengaruh, tapi korosi dibawah 20 micro m sangat tergantung pada ketebalan film.Ketika ketebalan film menurun, permeabilitas oksigen mulai menurun dan setelah ketebalan film tertentu yang menjadi hampir konstan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Sulfur dioksida tidak hanya berbahaya dari segi pandangan biologi tetapi juga mempunyai sifat penghancuran yang kuat ( table 7 ). Sulfur dioksida diserap mendekati 100 % di suatu lapisan karat yang lembab dan siap dioksidasi manjadi sulfat yang merupakan komponen berbahaya dalam proses korosi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Berat Pengotor<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Ketika besi sulfat dioksidasi menjadi besi oksida ( Fe2O3 ) dengan melepas ion sulfat. Tabel 2 menunjukkan hubungan integral antara korosi dan laju endapan sulfur dioksida.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Sodium klorida kebanyakan ditemukan di lingkungan di kawasan pantai dan jalan raya. Laju endapannya ditunjukkan pada table 8. Rangsangan kerja sodium klorida pada korosi menunjukkan fakta bahwa besi klorida dapat larut dan higroskopic, penurunan konduktivitas permukaan dan keaktifan klorida menghambat passivation. Hubungan antara integral korosi dan laju endapan sodium klorida di polusi udara ( gambar 3 ).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Dapat disimpulkan bahwa mekanisme universal dapat di terapkan di disbondment yang katodik, bagaimanapun, semakin tahan lama lapisan ( lebih tahan terhadap hidrolisis alkali) semakin banyak pemisahan di permukaan dibandingkan kegagalan sebagai hasil penurunan lapisan. Dalam beberapa hal (di mana oksida itu tebal ) mungkin saja precursor disbondment sebagai ion hidroksil lebih tersedia pada permukaan oksida – logam dari pada polimer oksida.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US">Proses korosi dapat diperkecil dengan penangkapan penyebaran oksigen. Dapat juga dilihat bahwa pencemaran -pencemaran klorid lebih bersifat menghancurkan dari pada pencemaran nitrat dan sodium sulfat tidak menunjukkan perkaratan yang luar biasa dengan ketebalan film yang rendah. Korosi dapat menjadi lebih besar karena<o:p></o:p></span></p> <ol style="margin-top: 0cm;" start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Mengontrol tekanan osmotis yang juga tergantung pada jenis dari zat - pencemar di lapisan permukaan logam.<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Konduktivitas larutan yang bersifat garam di permukaan juga satu faktor yang penting dalam meningkatkan tingkat karatan dengan peningkatan di dalam daya konduksi<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Daya larut zat pencemar di permukaan ( table 9 ) bahwa sulfat mempunyai kelarutan yang rendah dan nitrat mempunyai tekanan osmotic tinggi dan daya larut tinggi dan pelemahan yang rendah, yang menyebabkan tingkat korosi rendah<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Ketebalan dan struktur pelarut juga parameter penting dalam korosi. Seperti ketebalan meningkat, pengurangan karatan pertama dan setelah ketebalan karatan yang tertentu menjadi hampir konstan. Ketebalan lapisan yang tunggal tidak sebaik di dalam pengendalian korosi sebagai lapisan ganda yang menyediakan ketebalan film yang parallel.<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Kehadiran oksigen merangsang karatan dan konsentrasi stimulans karatan meggambarkan proses karatan film<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Kinetik dari karatan baja diatur oleh tekanan osmotis, konduktivitas ionic dan kelarutan oksigen yang mengandung air, dan kelarutan air dari hasil korosi<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="color: black; text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Bahkan lapisan pelindung terbaik bisa gagal jika permukaan logam tidak dilapisi dengan baik.<o:p></o:p></span></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_s1035" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;left:0;text-align:left;margin-left:48.75pt;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image004.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: -1; left: 0px; margin-left: 65px; margin-top: 10px; width: 427px; height: 272px;"><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image005.gif" shapes="_x0000_s1035" height="272" width="427" /></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><!--[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]><span lang="EN-US" style="'font-size:10.0pt;font-family:Arial'"><span style="'mso-element:"></span><span style="'mso-spacerun:yes'"> </span>SHAPE<span style="'mso-spacerun:yes'"> </span>\* MERGEFORMAT <span style="'mso-element:field-separator'"></span></span><![endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><!--[if gte vml 1]><v:group id="_x0000_s1029" editas="canvas" style="'width:416.1pt;height:263.9pt;" coordsize="8322,5278"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> <v:shape id="_x0000_s1030" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;" preferrelative="f"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:path extrusionok="t" connecttype="none"> <o:lock ext="edit" text="t"> </v:shape><v:shape id="_x0000_s1031" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image006.png" title=""> </v:shape><w:wrap type="none"> <w:anchorlock/> </v:group><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image007.jpg" shapes="_x0000_s1029 _x0000_s1030 _x0000_s1031" height="352" width="555" /><!--[endif]--></span><!--[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]><span lang="EN-US" style="'font-size:10.0pt;font-family:Arial'"><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" style="'width:416.1pt;height:263.9pt'"> <v:imagedata croptop="-65520f" cropbottom="65520f"> </v:shape><span style="'mso-element:field-end'"></span></span><![endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1030" type="#_x0000_t75" style="'width:415.5pt;height:303pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image008.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image009.gif" shapes="_x0000_i1030" height="404" width="554" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1031" type="#_x0000_t75" style="'width:415.5pt;height:104.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image010.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image011.gif" shapes="_x0000_i1031" height="139" width="554" /><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1032" type="#_x0000_t75" style="'width:396pt;height:153pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image012.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image013.gif" shapes="_x0000_i1032" height="204" width="528" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1033" type="#_x0000_t75" style="'width:415.5pt;height:243pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image014.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image015.gif" shapes="_x0000_i1033" height="324" width="554" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1028" type="#_x0000_t75" style="'width:419.25pt;height:153pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image016.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image017.gif" shapes="_x0000_i1028" height="204" width="559" /><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1029" type="#_x0000_t75" style="'width:415.5pt;height:174.75pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image018.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image019.gif" shapes="_x0000_i1029" height="233" width="554" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1034" type="#_x0000_t75" style="'width:272.25pt;height:20.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image020.emz" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image021.gif" shapes="_x0000_i1034" height="27" width="363" /><!--[endif]-->ss</span><!--[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]><span lang="EN-US" style="'font-size:10.0pt;line-height:150%;font-family:Arial;"><span style="'mso-element:field-begin;mso-field-lock:yes'"></span> SHAPE<span style="'mso-spacerun:yes'"> </span>\* MERGEFORMAT <span style="'mso-element:field-separator'"></span></span><![endif]--><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><!--[if gte vml 1]><v:group id="_x0000_s1026" editas="canvas" style="'width:416.05pt;height:108pt;" coordsize="8321,2160"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> <v:shape id="_x0000_s1027" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;" preferrelative="f"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:path extrusionok="t" connecttype="none"> <o:lock ext="edit" text="t"> </v:shape><v:shape id="_x0000_s1028" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\04\clip_image022.png" title=""> </v:shape><w:wrap type="none"> <w:anchorlock/> </v:group><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/04/clip_image023.gif" shapes="_x0000_s1026 _x0000_s1027 _x0000_s1028" height="144" width="555" /><!--[endif]--></span><!--[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]><span lang="EN-US" style="'font-size:10.0pt;line-height:150%;font-family:Arial;"><v:shape id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" style="'width:416.05pt;"> <v:imagedata croptop="-65520f" cropbottom="65520f"> </v:shape><span style="'mso-element:field-end'"></span></span><![endif]--><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p>tomiblogger.comhttp://www.blogger.com/profile/08879782439617056999noreply@blogger.com0